Selasa, 12 Juli 2011

laporan fieltrip

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Liberalisasi produk pertanian yang saat ini terjadi di Jatim dan hampir disemua provinsi di Indonesia, bisa teratasi jika sistem pasar berpihak pada petani. Puspa Agro yang kini telah dimiliki Jatim adalah upaya mengatasi liberalisasi tersebut, dan Jatim optimistis bisa mengatasinya.
Keberadaan Puspa Agro kini telah mampu memotong mata rantai penjualan produk pertanian yang mengakibatkan petani kurang banyak untung. Dilokasi ini, petani bisa langsung menjual produknya ke pasar tanpa harus melalui tengkulak, serta meningkatkan keuntungannya.
Selain Puspa Agro, sebenarnya pemerintah Provinsi juga berusaha membangun sub terminal di masing-masing kabupaten/kota. Di sub terminal itu produk-produk pertanian bisa tampung kemudian didistribusikan ke Puspa Agro. "Strategi itu membuat ongkos distribusi semakin murah, karena kegiatan pengiriman dilakukan dalam jumlah besar," katanya, Seperti dilansir laman Diskominfo. Impian membangun sub terminal itu hingga saat ini belum bisa terwujud. Selain terbatasnya alokasi dana, petani dikabupaten/kota ternyata mereka sudah memiliki jaringan penjualan antar provinsi. "Fakta tersebut semakin membuktikan petani kita makin cerdas”.
Ketua Komisi Ilmu Sosial, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Taufik Abdullah mengatakan, agar keberadaan Puspa Agro ini makin dirasakan masyarakat dan petani juga mudah menjangkaunya, pemerintah perlu segera memperbaiki infrastuktur jalan akses menuju lokasi. Masih minimnya akses jalan menuju lokasi membuat banyak masyarakat luar Surabaya dan Sidoarjo mengaku kesulitan mencari lokasinya. "Padahal sebenarnya Puspa Agro mudah dijangkau dari berbagai arah".
Kunjungan rombongan ke Puspa Agro adalah melihat secara langsung upaya Pemerintah provinsi Jatim dalam memberdayakan petani khususnya dalam pemasaran hasil produk. Dari kunjungan ini, rombongan yang sebagian besar merupakan para guru besar ilmu sosial dari sejumlah universitas terkemuka di Indonesia, akan memberikan rekomendasi yang bisa dijadikan sebagai sumber kebijakan oleh pemerintah.
Kunjungan pengurus dan peserta AIPI ke Puspa Agro adalah sebagai rangkaian kegiatan temu ilmiah para pegiat ilmu sosial yang diselenggarakan selama dua hari di Surabaya. Temu ilmiah ini rutin dilakukan setiap tahunnya dengan lokasi yang berbeda-beda.
"Dari Puspa Agro rombongan selanjutnya mengunjungi Jembatan Nasional Suramadu," katanya.
1.2 Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.2.1 Rumusan Masalah
1. Prospek pemasaran apa yang digunakan di pasar puspa agro?
2. Berapa banyak penghasilan yang diperoleh oleh pasar puspa agro?

1.2.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui produk yang ada di pasar puspsa agro.
2. Untuk mengetahui bagaimana prospek pemasaran yang ada di pasar puspa agro.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasa antara pembeli dan penjual di pasar puspa agro.

1.2.3 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi baru tentang proses transaksi yang ada di pasar puspa agro
2. Memberikan gambaran tentang transaksi jual beli yang baik sehingga menguntungkan.



BAB II
PROSPEK PEMASARAN

Lelang komoditi yang diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur 2011 yang digelar di Puspa Agro menargetkan transaksi sekitar Rp 517,5 miliar atau naik 10-15 persen dibandingkan hahun lalu yang hanya Rp 450 miliar.
"Lelang komoditi di Puspa Agro pada 2011 sudah berlangsung ketiga kalinya diharapkan transaksinya juga lebih besar dibandingkan pada saat digelar di Bank Pembangunan Jawa Timur Surabaya" Ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur Budi Setiawan usai menyaksikan Lelang Komoditi ke 81 di Puspa Agro Jemundo Sepanjang Sidoarjo, Selasa (24/5), Seperti dilansir laman Diskominfo.
"Lelang komoditi di Puspa Agro pada awalnya para peserta mengeluh, tetapi saat ini sudah terbiasa dan jumlah perserta dan transaksinya meningkat" lanjutnya
"Pada lelang bulan lalu transaksi hanya Rp 25,773 miliar kini meningkat menjadi Rp 29,620 miliar. Sedangkan jumlah peserta juga meningkat yang sebelumnya diikuti 300 orang kini naik menjadi 450 orang"tambahnya.
Komuditi yang dilelang di area Puspa agro juga bertambah banyak dari yang sebelumnya hanya 150 jenis kini meningkat menjadi sekitar 200 jenis produk unggulan Jawa Timur.
Diantara produk unggulan yang dilelang adalah aneka jenis makanan pokok beras, jagung, sayur-mayur, ternak, hasil laut, hasil hutan dan makanan olahan serta kerajinan.
Selain itu panitia lelang terus berupaya melebarkan jaringannya ke berbagai daerah provinsi di Indonesia. Dengan semakin banyaknya jaringan maka jumlah peserta maupun komoditasnya akan bertambah banyak dan beraneka ragam.
Komoditi beras berbadai jenis menjadi primadona pada lelang komoditi ke 80 yang di diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur di Puspa Agro Jemundo Sidoarjo. Harga beras di Jawa Timur saat ini turun antara Rp 300-500/kg maka banyak diburu pembeli dari Jakarta
Panitia Lelang Komoditi ke 81 dari Disperindag Jawa Timur, Arifin T Ariadi, saat menutup Lelang Komoditi di Pasar Induk Puspa Agro Jemundo mengatakan, lelang yang dimulai sekitar pukul 10.00 hingga pukul 14.30 telah menghasilkan transaksi Rp 29,620 miliar.
Terbesar diperoleh dari penjualan komoditi buah pinang jenis raja muda volume 420 ton harga Rp 26.500/kg total transaksi Rp 11,130 miliar atau 37,58 persen dari total transaksi.

Kemudian disusul kemiri dengan volume 480 ton harga Rp 23.000/kg total transaksi Rp 6,90 miliar atau 23,30 persen dari total transaksi.Kentang granola volume 1060 ton harga antara Rp 3.500-5.600/kg total Rp 5,150 miliar atau 17,420 persen dari total transaksi.
Beras dengan berbagai jenis varitas volume 330 ton harga Rp 6.000-6.300/kg total Rp 2,019 miliar atau 6,82 persen dari total penjualan.
Komoditi lainnya kapulaga Rp 1,1 milar, jagung hebrida Rp 480 jua, tomat jenis marta Rp 735 juta, kelapa tua Rp 1,2 miliar.
Untuk lelang komoditi yang akan datang akan diselenggarakan pada minggu ke tiga Juni 2011. Selain itu di sela-sela transaksi akan diselingi hiburan music elekton dengan penyayi dari peserta lelang.
“Dengan alunan music diharapkan lelang tidak menjenuhkan dan peserta bisa terhibur,” kata panitia.





BAB III
KESIMPULAN

Liberalisasi produk pertanian yang saat ini terjadi di Jatim dan hampir disemua provinsi di Indonesia, bisa teratasi jika sistem pasar berpihak pada petani. Puspa Agro yang kini telah dimiliki Jatim adalah upaya mengatasi liberalisasi tersebut, dan Jatim optimistis bisa mengatasinya.
Keberadaan Puspa Agro kini telah mampu memotong mata rantai penjualan produk pertanian yang mengakibatkan petani kurang banyak untung. Dilokasi ini, petani bisa langsung menjual produknya ke pasar tanpa harus melalui tengkulak, serta meningkatkan keuntungannya.
Lelang komoditi di Puspa Agro pada awalnya para peserta mengeluh, tetapi saat ini sudah terbiasa dan jumlah perserta dan transaksinya meningkat. Komuditi yang dilelang di area Puspa agro juga bertambah banyak dari yang sebelumnya hanya 150 jenis kini meningkat menjadi sekitar 200 jenis produk unggulan Jawa Timur.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bab ini membicarakan proses-proses untuk saling berkordinasi ,dan menjawab beberapa pertanyaan ,yang umum antara lain :
1. bagaimana proses bekerja dengan sumber daya yang dibagi-bagi.
2.Bagaimana memastikan hanya ada satu proses yang mengakses memori?
3. Bagaimana sinkronisasi benar-benar digunakan?
4. Bagaimanakah deadlock itu yang sebenarnya?
5.Bagaimanakah cara penanggulangannya?
Beberapa penjelasan dibawah ini:
 Akses-akses yang dilakukan secara bersama-sama ke data yang sama, dapat menyebabkan data menjadi tidak konsisten.
 Untuk menjaga agar data tetap konsisten, dibutuhkan mekanisme-mekanisme untuk memastikan pemintaan ekseskusi dari proses yang bekerja.
 Race Condition: Situasi dimana beberapa proses mengakses dan memanipulasi data secara bersamaan.
Nilai terakhir dari data bergantung dari proses mana yang selesai terakhir.
Untuk menghindari Race Condition, proses-proses secara bersamaan harus disinkronisasikan.
Terdapat kaitan antara overhead dari mekanisme koreksi dan manfaat dari koreksi deadlock itu sendiri. Pada beberapa kasus, overhead atau ongkos yang harus dibayar untuk membuat sistem bebas deadlock menjadi hal yang terlalu mahal dibandingkan jika mengabaikannya. Sementara pada kasus lain, seperti pada real-time process control, mengizinkan deadlock akan membuat sistem menjadi kacau dan membuat sistem tersebut tidak berguna.

Contoh berikut ini terjadi pada sebuah persimpangan jalan. Beberapa hal yang dapat membuat deadlock pada suatu persimpangan, yaitu:
 Terdapat satu jalur pada jalan.
 Mobil digambarkan sebagai proses yang sedang menuju sumber daya.
 Untuk mengatasinya beberapa mobil harus preempt (mundur).
 Sangat memungkinkan untuk terjadinya starvation (kondisi proses tak akan mendapatkan sumber daya).

2. Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang membuat kami memantantapkan diri untuk membuat makalah ini,masalah tersebut sering di alami di alami dan banyak yang tidakl mengetahui solusinya .
1. Kasus Produsen-Konsumer
2. Critical Sectio
3. Mutual Exclusion
4. Resources-Allocation Grap (deadlock)
5. Model Sistem (deadlock)

3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ,untuk memberikan penjelasan tertentu untuk memperjelas dari arti dan masalah yang ada.dan menggunakan bahasa yang sederhana aga dapat dengan mudah di mengerti bagi ,yang membaca .
4. Manfaat
1. Mempermudah bagi yang membacannya ,karena menggunakan bahasa yang sederhana.
2. Mapat mempermudah bagi yang membaca dan mengalami maslah sepertti yang di atas ,karena terdapat contoh masalah dan penjelasannya,pula.
3. Mememberikan solusi yang tepat guna.
4. bagaimana proses bekerja dengan sumber daya yang dibagi-bagi.
5. Bagaimana memastikan hanya ada satu proses yang mengakses memori pada suatu saat?
6. Bagaimana sinkronisasi benar-benar digunakan?






















BAB II
ISI

A. Sinkronisasi
Adalah Akses-akses yang dilakukan secara bersama-sama ke data yang sama, dapat menyebabkan data menjadi tidak konsisten . Untuk menghindari Race Condition, proses-proses secara bersamaan harus disinkronisasikan.
a. Race Condition: Situasi dimana beberapa proses mengakses dan memanipulasi data secara bersamaa. Nilai terakhir dari data bergantung dari proses mana yang selesai terakhir. Ini dapat terjadi karena akses ke count tidakdipaksakan. Situasi seperti itu mungk in dapat terjadi. Buffer sedang kosong dan konsumen baru saja membaca count untuk melihat apakah count bernilai 0. Pada saat itu, penjadual memutuskan untuk mengentikan proses konsumen sementara dan menjalakan produsen. Produsen memasukkan barang ke buffer, menaikkan nilai count, dan memberitahukan bahwa count sekarang bernilai
1. Pemikiran bahwa count baru saja bernilai 0 sehingga konsumen harus istirahat (sleep). Produsen memanggil fungsi wake up untuk membangkitkan konsumen secara logika belum istirahat. Jadi sinyal untuk membangkitkan konsumen, tidak dapat ditangkap oleh konsumen. Ketika konsumen bekerja berikutnya, konsumen akan memeriksa nilai count yang dibaca sebelumnya, dan mendapatkan nilai 0, kemudian konsumen istirahat (sleep) lagi.
Cepat atau lambat produsen akan mengisi buffer dan juga pergi istirahat (sleep). Keduanya akan istirahat Selamanya. Kita butuh 4 kondisi agar menghasilkan solusi yang baik:
a. Tidak ada dua proses secara bersamaan masuk ke dalam citical section.
b. Tidak ada asumsi mengenai kecepatan atau jumlah cpu.
c. Tidak ada proses yang berjalan di luar critical secion yang dapat mengeblok proses lain.
d. Tidak ada proses yang menunggu selamamya untuk masuk critical section.

b. Mutual Exclusion: Kondisi-kondisi untuk solusi
Tiga kondisi untuk menentukan mutual Exclusion
1. Tidak ada dua proses yang pada saat bersamaan berada di critical region.
2. Tidak ada proses yang berjalan diluar critical region yang bisa menghambat proses lain
3. Tidak ada proses yang tidak bisa masuk ke critical region


Race Condition

Solusinya adalah :
Cara-cara memecahkan masalah
• Hanya dua proses, Po dan P1
• Struktur umum dari proses adalah Pi (proses lain Pj)
do {
critical section
remainder section
} while(1);
Algoritma 1:
Disini kita akan mencoba membuat sebuah rangkaian solusi-solusi dari permasalahan yang makin meningkat kerumitannya. Pada semua contoh, i adalah proses yang sedang berjalan, j adalah proses yang lain. Pada contoh ini code.
i. Shared variables
• int turn
initially turn=0
• turn = i, Pi can enter its critical section
ii. Process Pi
.
do {
while(turn!=1);
critical section
turn=j;
remainder section
} while(1);
iii. Memenuhi mutual exclusion, tapi bukan progress
Algoritma 2
FLAG untuk setiap proses yang memberi STATE:


Algoritma Bakery
Critical Section untuk n buah proses:
Sebelum memasukkan proses ke critical section, proses menerima sebuah nomor. Pemegang nomor terkecil masuk ke critical section. Jika ada dua proses atau lebih menerima nomor sama, maka proses dengan indeks terkecil yang dilayani terlebih dahulu untuk masuk ke critical section. Skema penomoran selalu naik secara berurut contoh: 1, 2, 3, 3, 3, 3, 4

boolean choosing [n];
long long long int number [n];
/* 64 bit maybe okay for about 600 years */
Array structure elements are initiallized to false and 0 respectively
while (true) {
choosing[i] = true;
number[i] = max(number[0], ... [n-1]) + 1;
choosing[i] = false;
for (j = 0; j < n; j ++) {
while (choosing[j]) {}
while ((number[j] !=0) && ((number[j], j) < (number[i], i))) {}
}
number[i] = 0
}
Solves the critical-section problem
for n process

Solusi Hardware pada Sinkronisasi
while (test_and_set(lock));
/* critical section */
lock = false;
GET_LOCK: IF_CLEAR_THEN_SET_BIT_AND_SKIP (bit_address)
BRANCH GET_LOCK /* set failed */
/* set succeeded */
Harus hati-hati jika pendekatan ini untuk menyelesaikan bounded-buffer – harus menggunakan round robin - memerlukan kode yang dibuat di sekitar instruksi lock.
while (test_and_set(lock));
Boolean waiting[N];
int j; /* Takes on values from 0 to N - 1 */
Boolean key;
do {
waiting[i] = TRUE;
key = TRUE;
while ( waiting[i] && key )
key = test_and_set( lock ); /* Spin lock */
waiting[i] = FALSE;

/****** CRITICAL SECTION ********/
j = ( i + 1 ) mod N;
while ( ( j != i ) && ( ! waiting[ j ] ) )
j = ( j + 1 ) % N;
if ( j == i ) //Using Hardware
lock = FALSE; //Test_and_set.
else
waiting[ j ] = FALSE;
/******* REMAINDER SECTION *******/
} while (TRUE);

Semaphore
Semaphore adalah pendekatan yang diajukan oleh Djikstra, dengan prinsip bahwa dua proses atau lebih dapat bekerja sama dengan menggunakan penanda-penanda sederhana. Seperti proses dapat dipaksa berhenti pada suatu saat, sampai proses mendapatkan penanda tertentu itu. Sembarang kebutuhan koordinasi kompleks dapat dipenuhi dengan struktur penanda yang cocok untuk kebutuhan itu. Variabel khusus untuk penanda ini disebut semaphore.

Semaphore mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Operasi Down
Operasi ini menurunkan nilai semaphore, jika nilai semaphore menjadi non-positif maka proses yang mengeksekusinya diblocked.
Type Semaphore = Integer,
Procedure Down(Var: semaphore);
Begin
s := s-1;
if s <= 0 Then
Begin
Tempatkan antrian pada antrian untuk semaphore s
Proses diblocked
End;
End;




2. Operasi Up
Jika satu proses atau lebih diblocked pada semaphore itu tak dapat menyelesaikan operasi Down, maka salah satu dipilih oleh system dan menyelesaikan operasi Down-nya. Urutan proses yang dipilih tidak ditentukan oleh Djikstra, dapat dipilih secara acak.
Type Semaphore = Integer,
Procedure Down(Var: semaphore);
Begin
s := s + 1;
if s <= 0 Then
Begin
Pindahkan satu proses P dari antrian untuk semaphore s
Tempatkan proses P di senarai ready
End;
End;

Problem Klasik pada Sinkronisasi
Ada tiga masalah pada proses sinkronisasi:
1. Problem Bounded buffer
Adalah readers-writer problem yang memodelkan proses yang mengakses database. Sebagai contoh sebuah sistem pemesanan sebuah perusahaan penerbangan, dimana banyak proses berkompetisi berharap untuk membaca (read) dan menulis (write). Hal ini dapat diterima bahwa banyak proses membaca database pada saat yang sama, tetapi jika suatu proses sedang menulis database, tidak boleh ada proses lain yang mengakses database tersebut, termasuk membaca database tersebut.
Solusinya adalah , pertama-tama pembaca mengakses database kemudian melakukan DOWN pada semaphore db.. Langkah selanjutnya readers hanya menaikkkan nilai sebuah counter. Hasil dari pembaca nilai counter diturunkan dan nilai terakhir dilakukan UP pada semaphore, mengizinkan memblok writer. Misalkan selama sebuah reader menggunakan database, reader lain terus berdatangan. Karena ada dua reader pada saat bersamaan bukanlah sebuah masalah, maka reader yang kedua diterima, reader yang ketiga juga dapat diterima jika terus berdatangan reader-reader baru.
Untuk mencegah situasi seperti itu, program dapat ditulis agak sedikit berbeda: Ketika reader tiba danwriter menunggu, reader ditunda dibelakang writer yang justru diterima dengan segera. Dengan cara ini, writer tidak harus menunggu reader yang sedang aktif menyelesaikan pekerjaannya, tapi tidak perlu menunggu reader lain yang datang berturut-turut setelah itu.

2. Problem Reades and Writer
Adalah Pertanyaan kuncinya adalah, dapatkah anda menulis program untuk masing-masing filosof yang melakukan apa yang harus mereka lakukan dan tidak pernah mengalami kebuntuan.Prosedu r take-fork menunggu sampai garpu-garpu yang sesuaididapatkan dan kemudian menggunakannya. Sayangnya dari solusi ini ternyata salah. Seharusnya lima orang filosof mengambil garpu kirinya secara bersamaan. Tidak akan mungkin mereka mengambil garpu kanan mereka, dan akan terjadi deadlock.
Kita dapat memodifikasi program sehingga setelah mengambil garpu kiri, program memeriksa apakah garpu kanan meungkinkan untuk diambil. Jika garpu kanan tidak mungkin diambil, filosof tersebut meletakkan kembali garpu kirinya, menunggu untuk beberapa waktu, kemudia mengulangi proses yang sama. Usulan tersebut juga salah, walau pun dengan alasan yang berbeda.

3. Problem Dining Philosophers
Solusi yang diberikan mengizinkan jumlah maksimum kegiatan paralel untuk sebuah jumlah filosf yang berubah-ubah ini menggunakan sebuah array, state, untuk merekam status seorang filosof apakah sedang makan (eating), berpikir (think), atau sedang lapar (hungry) karena sedang berusaha mengambil garpu. Seorang filosof hanya dapat berstatus makan (eating) jika tidak ada tetangganya yang sedang makan juga. Tetangga seorang filosof didefinisikan ole LEFT dan RIGHT. Dengan kata lain, jika i = 2, maka tetangga kirinya (LEFT) = 1 dan tetangga kanannya (RIGHT) = 3. Program ini menggunakan sebuah array dari semaphore yang lapar (hungry) dapat ditahan jika garpu kiri atau kanannya sedang dipakai tetangganya. Catatan bahwa masing-masing proses menjalankan prosedur filosof sebagai kode utama, tetapi prosedur yang lain seperti take-forks, dan test adalah prosedur biasa dan bukan proses-proses yang terpisah.

Monitors
Solusi sinkronisasi ini dikemukakan oleh Hoare pada tahun 1974. Monitor adalah kumpulan prosedur, variabel dan struktur data di satu modul atau paket khusus. Proses dapat memanggil prosedur-prosedur kapan pun diinginkan. Tapi proses tak dapat mengakses struktur data internal dalam monitor secara langsung. Hanya lewat prosedur-prosedur yang dideklarasikan minitor untuk mengakses struktur internal.
Properti-properti monitor adalah sebagai berikut:
1. Variabel-variabel data lokal, hanya dapat diakses oleh prosedur-prosedur dala monitor dan tidak oleh prosedur di luar monitor.
2. Hanya satu proses yang dapat aktif di monitor pada satu saat. Kompilator harus Zengimplementasi ini(mutual exclusion).
3. Terdapat cara agar proses yang tidak dapat berlangsung di-blocked. Menambahkan variabel-variabel kondisi, dengan dua operasi, yaitu Wait dan Signal.
4. Wait: Ketika prosedur monitor tidak dapat berkanjut (misal producer menemui buffer penuh) menyebabkan proses pemanggil diblocked dan mengizinkan proses lain masuk monitor.
5. Signal: Proses membangunkan partner-nya yang sedang diblocked dengan signal pada variable kondisi yang sedang ditunggu partnernya.
6. Versi Hoare: Setelah signal, membangunkan proses baru agar berjalan dan menunda proses lain.
7. Versi Brinch Hansen: Setelah melakukan signal, proses segera keluar dari monitor.

B. Deadlock
Misalkan pada suatu komputer terdapat dua buah program, sebuah tape drive dan sebuah printer. Program A mengontrol tape drive, sementara program B mengontrol printer. Setelah beberapa saat, program A meminta printer, tapi printer masih digunakan. Berikutnya, B meminta tape drive, sedangkan A masih mengontrol tape drive. Dua program tersebut memegang kontrol terhadap sumber daya yang dibutuhkan oleh program yang lain. Tidak ada yang dapat melanjutkan proses masing-masing sampai program yang lain memberikan sumber dayanya, tetapi tidak ada yang mengalah. Kondisi inilah yang disebut Deadlock atau pada beberapa buku disebut Deadly Embrace Deadlock yang mungkin dapat terjadi pada suatu proses disebabkan proses itu menunggu suatu kejadian tertentu yang tidak akan pernah terjadi. Dua atau lebih proses dikatakan berada dalam kondisi deadlock, bila setiap proses yang ada menunggu suatu kejadian yang hanya dapat dilakukan oleh proses lain dalam himpunan tersebut. Terdapat kaitan antara overhead dari mekanisme koreksi dan manfaat dari koreksi deadlock itu sendiri. Pada beberapa kasus, overhead atau ongkos yang harus dibayar untuk membuat sistem bebas deadlock
menjadi hal yang terlalu mahal dibandingkan jika mengabaikannya. Sementara pada kasus lain, seperti pada real-time process control, mengizinkan deadlock akan membuat sistem menjadi kacau dan membuat sistem tersebut tidak berguna


Persimpangan

Resources-Allocation Graph
Sebuah cara visual (matematika) untuk menentukan apakah ada deadlock, atau kemungkinan terjadinya. G = (V, E) Graf berisi node and edge. Node V terdiri dari proses-proses = {P1, P2, P3, ...} dan jenis resource. {R1, R2, ...} Edge E adalah (Pi, Rj) atau (Ri, Pj) Sebuah panah dari process ke resource menandakan proses meminta resource. Sebuah panah dari resource ke process menunjukkan sebuah instance dari resource telah dtempatkan ke proses. Process adalah lingkaran, resource adalah kotak; titik-titik merepresentasikan jumlah instance dari resource Dalam tipe. Meminta poin-poin ke kotak, perintah datang dari titik.

Graph.

Jika graf tidak berisi lingkaran, maka tidak ada proses yang deadlock. Jika membentuk lingkaran, maka:
 Jika tipe resource memiliki banyak instance, maka deadlock DAPAT ada.
 Jika setiap tipe resource mempunyai satu instance, maka deadlock telah terjadi.

Non Deadlock



Deadlock

Model Sistem
Menurut Coffman dalam bukunya "Operating System" menyebutkan empat syarat bagi terjadinya
deadlock, yaitu:
1. Mutual Exclusion
Suatu kondisi dimana setiap sumber daya diberikan tepat pada satu proses pada suatu waktu.
2. Hold and Wait
Kondisi yang menyatakan proses-proses yang sedang memakai suatu sumber daya dapat meminta sumber daya yang lain.
3. Non-pre-emptive
Kondisi dimana suatu sumber daya yang sedang berada pada suatu proses tidak dapat diambil secara paksa dari proses tersebut,sampai proses itu melepaskannya.
4. Circular Wait
Kondisi yang menyatakan bahwa adanya rantai saling meminta sumber daya yang dimiliki oleh suatu proses oleh proses lainnya.

Strategi menghadapi Deadlock
Strategi untuk menghadapi deadlock:
1. Mengabaikan adanya deadlock.
2. Memastikan bahwa deadlock tidak akan pernah ada, baik dengan metode Pencegahan, dengan
3. mencegah empat kondisi deadlock agar tidak akan pernah terjadi. Metode Menghindari deadlock, yaitu mengizinkan empat kondisi deadlock, tetapi menghentikan setiap proses yang kemungkinan mencapai deadlock.
4. Membiarkan deadlock untuk terjadi, pendekatan ini membutuhkan dua metode yang saling mendukung, yaitu:
• Pendeteksian deadlock, untuk mengidentifikasi ketika deadlock terjadi.
• Pemulihan deadlock, mengembalikan kembali sumber daya yang dibutuhkan pada proses yang
memintanya.

Metode untuk mengatasi deadlock yang akan terjadi, yaitu:
1. Strategi Ostrich
Pendekatan yang paling sederhana adalah dengan menggunakan strategi burung unta: masukkan kepala dalam pasir dan seolah-olah tidak pernah ada masalah sama sekali. Beragam pendapat muncul berkaitan dengan strategi ini. Menurut para ahli Matematika, cara ini sama sekali tidak dapat diterima dan semua keadaan deadlock harus ditangani. Sementara menurut para ahli Teknik, jika komputer lebih sering mengalami kerusakkan disebabkan oleh kegagalan hardware, error pada kompilator atau bugs pada sistem operasi. Maka ongkos yang dibayar untuk melakukan penanganan deadlock sangatlah besar dan lebih baik mengabaikan keadaan deadlock tersebut. Metode ini diterapkan pada sistem operasi UNIX dan MINIX. Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan. Metode Pencegahan dianggap sebagai solusi yang bersih dipandang dari sudut tercegahnya deadlock.
Beberapa masalah yang mungkin terjadi adalah:
2. Tidak semua dapat di-spool, tabel proses sendiri tidak mungkin untuk di-spool
3. Kompetisi pada ruang disk untuk spooling sendiri dapat mengarah pada deadlock

2. Syarat Langkah Kelemahan
Mutual Exclusion Spooling sumber daya Dapat menyebabkan chaos
Hold and Wait Meminta sumber daya di awal Sulit memperkirakan di awal dan
tidak optimal No Pre-emptive Mengambil sumber daya di tengah
proses Hasil proses tidak akan baik Circular Wait Penomoran permintaan sumber
daya Tidak ada penomoran yang memuaskan semua pihak

Syarat Langkah Kelemahan
Mutual Exclusion Spooling sumber daya Dapat menyebabkan chaos
Hold and Wait Meminta sumber daya di awal Sulit memperkirakan di awal dan
tidak optimal
No Pre-emptive Mengambil sumber daya di tengah
proses Hasil proses tidak akan baik
Circular Wait Penomoran permintaan sumber
daya Tidak ada penomoran yang
memuaskan semua pihak

Menghindari Deadlock
Pendekatan metode ini adalah dengan hanya memberi kesempatan ke permintaan sumber daya yang tidak mungkin akan menyebabkan deadlock. Metode ini memeriksa dampak pemberian akses pada suatu proses, jika pemberian akses tidak mungkin menuju kepada deadlock, maka sumber daya akan diberikan pada proses yang meminta. Jika tidak aman, proses yang meminta akan di-suspend sampai suatu waktu permintaannya aman untuk diberikan. Kondisi ini terjadi ketika setelah sumber daya yang sebelumnya dipegang oleh proses lain telah dilepaskan. Kondisi aman yang dimaksudkan selanjutnya disebut sebagai safe-state, sedangkan keadaan yang tidak memungkinkan untuk diberikan sumber daya yang diminta disebut unsafe-state.

Kondisi Aman (Safe state)
Suatu keadaan dapat dinyatakan sebagai safe state jika tidak terjadi deadlock dan terdapat cara untuk memenuhi semua permintaan sumber daya yang ditunda tanpa menghasilkan deadlock. Dengan cara mengikuti urutan tertentu.

Kondisi Tak Aman (Unsafe state)
Suatu state dinyatakan sebagai state tak selamat (unsafe state) jika tidak terdapat cara untuk memenuhi
semua permintaaan yang saat ini ditunda dengan menjalankan proses-proses dengan suatu urutan.


Gambar 3-17. Safe.

Algoritma Bankir
Algoritma penjadualan ini diungkapkan oleh Dijkstra (1965) lebih dikenal dengan nama Algoritma Bankir. Model ini menggunakan suatu kota kecil sebagai percontohan dengan suatu bank sebagai system operasi, pinjaman sebagai sumber daya dan peminjam sebagai proses yang membutuhkan sumber daya. Deadlock akan terjadi apabila terdapat seorang peminjam yang belum mengembalikan uangnya dan ingin meminjam kembali, padahal uang yang belum dikembalikan tadi dibutuhkan oleh peminjam lain yang juga belum mengembalikan uang pinjamannya. Beberapa kelemahan algoritma Bankir Tanenbaum (1992), Stallings (1995) dan Deitel (1990) adalah sebagai berikut:
i. Sulit untuk mengetahui seluruh sumber daya yang dibutuhkan proses pada awal eksekusi.
ii. Jumlah proses yang tidak tetap dan berubah-ubah.
iii. Sumber daya yang tadinya tersedia dapat saja menjadi tidak tersedia kembali.
iv. Proses-proses yang dieksekusi haruslah tidak dibatasi oleh kebutuhan sinkronisasi antar proses.
v. Algoritma ini menghendaki memberikan semua permintaan selama waktu yang berhingga.

Mendeteksi Deadlock dan Memulihkan Deadlock
Metode ini mengunakan pendekatan dengan teknik untuk menentukan apakah deadlock sedang terjadi serta proses-proses dan sumber daya yang terlibat dalam deadlock tersebut. Setelah kondisi deadlock dapat dideteksi, maka langkah pemulihan dari kondisi deadlock dapat segera dilakukan. Langkah pemulihan tersebut adalah dengan memperoleh sumber daya yang diperlukan oleh proses-proses yang membutuhkannya. Beberapa cara digunakan untuk mendapatkan sumber daya yang diperlukan, yaitu dengan terminasi proses dan pre-emption (mundur) suatu proses. Metode ini banyak digunakan pada komputer mainframe berukuran besar.

1. Terminasi Proses
Metode ini akan menghapus proses-proses yang terlibat pada kondisi deadlock dengan mengacu pada beberapa syarat. Beberapa syarat yang termasuk dalam metode ini adalah, sebagai berikut:
• Menghapus semua proses yang terlibat dalam kondisi deadlock (solusi ini terlalu mahal).
• Menghapus satu persatu proses yang terlibat, sampai kondisi deadlock dapat diatasi (memakan banyak waktu).
• Menghapus proses berdasarkan prioritas, waktu eksekusi, waktu untuk selesai, dan kedalaman dari rollback.

2. Resources Preemption
Metode ini lebih menekankan kepada bagaimana menghambat suatu proses dan sumber daya, agar tidak terjebak pada unsafe condition.
Beberapa langkahnya, yaitu:
• Pilih salah satu - proses dan sumber daya yang akan di-preempt.
• Rollback ke safe state yang sebelumnya telah terjadi.
• Mencegah suatu proses agar tidak terjebak pada starvation karena metode ini.





BAB III

Kesimpulan

Untuk mengatasi problem critical section dapat digunakan berbagai solusi software. Namun masalah yang akan timbul dengan solusi software adalah solusi software tidak mampu menangani masalah yang lebih berat dari critical section. Tetapi Semaphores mampu menanganinya, terlebih jika hardware yang digunakan mendukung maka akan memudahkan dalam menghadapi problem sinkronisasi. Berbagai contoh klasik problem sinkronisasi berguna untuk mengecek setiap skema baru sinkronisasi. Monitor termasuk ke dalam level tertinggi mekanisme sinkronisasi yang berguna untuk mengkoordinir aktivitas dari banyak thread ketika mengakses data melalui pernyataan yang telah disinkronisasi Kondisi deadlock akan dapat terjadi jika terdapat dua atau lebih proses yang akan mengakses sumber daya yang sedang dipakai oleh proses yang lainnya. Pendekatan untuk mengatasi deadlock dipakai tiga
buah pendekatan, yaitu:
a. Memastikan bahwa tidak pernah dicapai kondisi deadlock
b. Membiarkan deadlock untuk terjadi dan memulihkannya
c. Mengabaikan apa pun deadlock yang terjadi

Dari ketiga pendekatan diatas, dapat diturunkan menjadi empat buah metode untuk mengatasi deadlock, yaitu:
a. Pencegahan deadlock
b. Menghindari deadlock
c. Mendeteksi deadlock
d. Pemulihan deadlock

Namun pada sebagian besar Sistem Operasi dewasa ini mereka lebih condong menggunakan pendekatan untuk mengabaikan semua deadlock yang terjadi Silberschatz (1994) merumuskan sebuah strategi penanggulangan deadlock terpadu yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berbeda, strateginya sendiri berbunyi:
1. Kelompokkan sumber daya kedalam kelas yang berbeda
2. Gunakan strategi pengurutan linear untuk mencegah kondisi circular waityang nantinya akan
mencegah deadlock diantara kelas sumber daya
3. Gunakan algoritma yang paling cocok untuk suatu kelas sumber daya yang berbeda satu dengan yang lain.






DATAR PUSTAKA

Silberschatz, A., Gagne, G. dan Galvin, P., "Applied Operating System Concept", John Wiley and Sons
Inc., 2000
Hariyanto, B.,"Sistem Operasi", Bandung: Informatika, Desember 1997
Tanenbaum, Andrew S., "Modern Operating Systems", Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall
Inc., 1992
Silberschatz, A., Gagne, G. dan Galvin, P., "Applied Operating System Concept", John Wiley and Sons
Inc., 2000
Hariyanto, B.,"Sistem Operasi", Bandung: Informatika, Desember 1997
Tanenbaum, Andrew S., "Modern Operating Systems", Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall
Inc., 1992
Coffman, E.G., Jr., M.J. Elphick dan A. Shoshani, "System Deadlocks", Computing surveys, Vol.3, No.2,
June 1971
Deitel, H.M., "Operating Systems", 2nd Edition, Massachusetts: Addison-WesleyPublishing Company,
1990
Havender, J.W., "Avoiding Deadlock in Multitasking Systems", IBM Systems Journal, Vol.7, No.2, 1968.
97

alkalimetri

Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti. aA + tT produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. (Khopkar, 1984) Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa. Tirasi asam basa merupakan teknikyang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan ng asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alaklimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah relative asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan dengan perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi.

Misalanya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi ionnya:
H3O+ + OH- H2O

Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang disebut indicator, yaitu suatu senyawa organic yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu.
(Astin Lukum, 2005)
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.

Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :
1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau
V1 + N1 = V2 + N 2
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.
2. Berdasarkan koifisein reaksi atau pensetaraan jumlah mol
Misalnya untuk reaksi :
2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O
(COOH)2 = 2 NaOH
Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :
V1 M1 2
------- = --- V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2
V2 M 2 1
Oleh sebab itu : V Na Oh x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH)2 x
http://arifqbio.multiply.com
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penitrasian tetapan disosiasi asam lemah besar dari 104. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu satu molekul ke molekul yang lain.
Dalam aside-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi, sehingga
Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa.
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator.
Alkalimetri

Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam.Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi.Dalam percobaan ini diperlukan larutan standar primer,dimana larutan standar primer adalah larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume tertentu. Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi NaOH dan asam asetat dalam cuka dengan menggunakan asam oksalat(H2C2O4) sebagai larutan standar primernya.
a.Cara membuat larutan primer asam oksalat(H2C2O4)
Pertama –tama siapkan asam oksalat padat kemudian timbang asam oksalat tersebut dalam neraca analitik sebanyak 6,3035 gr kemudian larutkan dalam aquadest hingga mencapai 100 ml hingga didapat larutan asam oksalat. Larutan ini yang disebut sebagai larutan standar primer yang akan disimpan dan digunakan dalam penentuan konsentrasi NaOH dan asam asetat dalam cuka.
b.Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat
Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat berdasarkan atas reaksi :
2 NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + H2O
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah buret yang sudah bersih dibilas dengan larutan NaOH yang dipakai dan disi kembali dengan larutan NaOH kemudian labu titrasi 2 buah dipipet 25 ml larutan baku asam oksalat dan ditambahkan 4 tetes indikator fenoftalin (PP) kemudian dititrasi

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kedua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
(Underwood, 1986)
Salah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri. Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari..
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut
(Basset, J, 1994).
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer
(Basset, J, 1994).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat)
mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator
(Basset, J, 1994).
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya
(Day, 1981).
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya
(Day, 1981).
Campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat ditetapkan dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan jingga metil
(Day, 1981).

Kesimpulan

Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar konsentrasi NH4OH (basa lemah) dengan HCl sebagai basa kuat. Reaksi netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi abu-abu dengan menggunakan indikator MO dan ME (3:1) sebagai indikator visualnya. Reaksi netralisasinya adalah NH4OH+HCl → NH4Cl+H2O.
Kemungkinan Kesalahan
1. Kurangnya kosentrasi pratikan-pratikan selama proses praktikum berlangsung
2. Kurang teliti dalam mencampurkan larutan
3. Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum














DAFTAR PUSTAKA

Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Lukum, Astin P. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.
Teaching,Team . 2005. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.
Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
http://arifqbio.multiply.com
http://id.answers.yahoo.com
http://farmasi.site88.net

Rabu, 15 Juni 2011

kacang-kacangan

KACANG-KACANGAN

Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan. Disamping diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur, sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru. Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Kacang-kacangan dapat menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi masyarakat di negara maju dan negara berkembang. Karena kandungan seratnya tinggi, maka kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat. Penelitian mengenai efek kesehatan serat dari kacang-kacangan sebagian besar masih terbatas pada kacang kedelai.
Dibandingkan dengan makanan berserat yang dewasa ini tersedia dalam bentuk makanan suplemen dengan berbagai merek dagang, sebenarnya kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat yang tidak kalah mutunya. Juga dibandingkan dengan serat makanan dalam buah-buahan dan sayuran yang dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat makanan dalam kacang-kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan mempunyai keistimewaan lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemaknya pada umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah yang cukup banyak.
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kacang-kacangan dengan berbagai warna, bentuk, ukuran dan varietas, yang sebenarnya potensial untuk menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Jenis yang mendominasi pasar adalah kacang kedelai, yang sebagian besar masih diimpor. Sebenarnya telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengangkat kacang-kacangan lokal Indonesia, seperti kacang kecipir, kacang tunggak (kacang tolo) kacang jogo dan koro-koroan. Tetapi hasilnya ternyata masih belum memuaskan. Artinya masih belum merakyat, apalagi untuk dapat disejajarkan dengan kedelai.

Kacang-kacangan dikonsumsi dalam jumlah besar di seluruh dunia. Masyarakat Afrika, India, Amerika Tengah dan Selatan mengkonsumsi 50 sampai 150 gram kacang-kacangan per hari. Meskipun belum ada angka pasti, konsumsi kacangan di Indonesia, kecuali kacang kedelai, masih kecil.
Kacang-kacangan memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1 ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein dan 20 persen kebutuhan serat per hari. Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk pangan dapat menyumbangkan lebih dari 20 % dari kebutuhan suatu zat gizi per hari, maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yang tinggi (high) akan zat gizi tersebut.
Disamping menghasilkan tepung sebagai bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat pula menghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral dan mungkin bahan-bahan yang lebih eksotis, misalnya enzim.
Proses perkecambahan kacang-kacangan yang menghasilkan kecambah (sprouts), yang kemudian ditepungkan, ternyata dapat menghilangkan berbagai senyawa anti gizi di dalamnya, dapat mempertahankan mutu proteinnya dan menandung vitamin C yang cukup tinggi. Kacang-kacangan dapat juga digunakan sebagai bahan utama atau bahan tambahan dalam fermentasi berbagai makanan tradisional seperti kecap, tempe, tahu, tauco dan idli. Banyak makanan terfermentasi dibuat dengan bahan dasar kedelai, yang sebenarnya dapat dicampur dengan jenis kacang-kacangan yang lain.
Dengan teknologi pengolahan yang semakin maju, kacang-kacangan tidak hanya diolah dengan cara-cara konvensional, misalnya direbus, dikukus, disangrai atau digoreng, tetapi dapat dibuat dalam bentuk ingredient, seperti tepung, konsentrat atau isolat protein. Jika dicampurkan dengan tepung beras atau gandum, produk ingredien dari kacang-kacangan tersebut dapat memberikan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki.

Protein dalam tepung kacang-kacangan dapat memberikan sifat pengemulsi minyak yang baik, membentuk busa, membentuk gel, menangkap atau menahan air dan mempunyai warna dan bau yang dapat diterima. Bubur atau hancuran kacang-kacangan, susu kacang, gumpalan atau “curd” (seperti tahu), pasta kacang-kacangan dan kecap dari kacang-kacangan dapat digunakan sebagai campuran bagi bahan pangan yang lain. Kacang-kacangan dapat pula diolah sebagai bahan baku pembuatan snack atau makanan ekstrusi.
Berkat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, berbagai masalah dalam pemanfaatan kacang-kacangan untuk konsumsi manusia seperti tripsin inhibitor, lektin atau hemaglutinin, tanin dan fitat dapat dihilangkan dengan pemasakan dan cara pengolahan yang benar. Juga masalah timbulnya flatulensi (kembung perut), keterbatasan kandungan sistein dan metionin dan lamanya waktu pemasakan telah dapat diatasi dengan baik.
Kita harus meningkatkan daya tarik kacang-kacangan dan meningkatkan image dan minat masyarakat agar lebih banyak mengkonsumsinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, sehingga masyarakat memasak dan mengkonsumsi kacang-kacangan karena mengetahui bahwa hal ini akan meningkatkan mutu makanan dan kesehatan mereka.

Keunggulan Diet Kacang-kacangan
Bagi kelompok masyarakat yang tergolong bergizi lebih dan cenderung berpotensi tinggi untuk terkena penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, stroke, darah tinggi, diabetes dan lain-lain, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Makan makanan yang bervariasi setiap harinya.
2. Pelihara dan pertahankan berat badan ideal.
3. Hindari terlalu banyak mengkonsumsi lemak jenuh dan kolesterol.
4. Makanlah makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks, seperti pati dan serat yang cukup.
5. Hindari terlalu banyak gula.
6. Hindari terlalu banyak garam.
Kacang-kacangan merupakan bahan pangan yang cocok untuk tujuan di atas. Masyarakat yang menderita gizi salah atau gizi lebih (over nutrition) ternyata terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan hanya sedikit mengkonsumsi karbohidrat kompleks


dan serat makanan. Diet yang menandung atau menyertakan kacang-kacangan akan mengurangi konsumsi lemak harian dan meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks dan serat makanan. Kacang-kacangan merupakan bagian diet yang sehat.
Bagi masyarakat yang status gizinya rendah atau sedang, kacang-kacangan berperan dalam menyumbang protein dan zat gizi lain yang diperlukan. Asam amino dalam proteinnya akan saling melengkapi dengan asam amino dalam protein beras/nasi, membentuk susunan asam amino sesuai dengan pola yang dianjurkan FAO/WHO. Sedangkan jika dilihat dari segi segi gizi, kacang-kacangan mempunyai banyak keunggulan, antara lain :
1. Sumber protein yang murah
2. Kaya asam amino lisin. Jika dicampur dengan biji-bijian, misalnya beras, gandum, jagung, yang kekurangan asam amino lisin, akan membentuk susunan asam amino yang seimbang.
3. Rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol.
4. Sumber vitamin B yang baik.
5. Sumber kalsium, besi, seng, tembaga dan magnesium yang baik.
Rendah kandungan natrium dan sodiumnya, yang sangat penting bagi para penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi yang harus mengkonsumsi makanan dengan sodium atau garam yang rendah. Kacang-kacangan bersifat rendah kalori, rendah lemak dan rendah garam natrium. Sudah waktunya untuk meningkatkan image positif darei kacang-kacangan, peranannya bagi kesehatan dan komposisi gizinya bagi masyarakat luas.

Efek Kesehatan Serat Kedelai
Kacang-kacangan dalam bentuk utuh ternyata merupakan sumber serat yang baik. Tetapi, penelitian yang mendalam mengenai efek serat kacang-kacangan terhadap kesehatan baru dilakukan terhadap serat dari kacang kedelai. Tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi jenis serat yang menyusun kacang-kacangan hampir sama antara jenis kacang yang satu dengan yang lainnya. Sehingga hasil-hasil penelitian tentang efek serat kedelai terhadap kesehatan diharapkan dapat memberikan gambaran manfaat serat dari jenis kacang-kacangan yang lain.
4
Akhir-akhir ini, memang perhatian terhadap peranan serat di dalam makanan nampak meningkat. Pera peneliti di bidang pangan dan gizi mengemukakan pentingnya serat makanan dalam peningkatan kesehatan dan penanggulangan penyakit degeneratif. Rendahnya konsumsi serat makanan terbukti berkaitan dengan gangguan pencernaan seperti kembung perut, kanker kolon, dan penyakit yang berkaitan dengan makanan seperti diabetes dan penyakit jantung dan pembuluh darah. Masukan serat makanan yang dianjurkan perhari berkisar antara 20 dan 40 gram. Keadaan inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa industri untuk menawarkan serat makanan dalam bentuk minuman suplemen serat.
Serat kedelai dapat diperoleh dari bungkil kedelai yang telah diambil minyaknya. Jika bungkil tanpa lemak ini diolah menjadi konsentrat atau isolat protein kedelai, sisanya merupakan serat kedelai. Disamping dari bungkil, serat kedelai dapat juga diperoleh dari dari kedelai utuh gorengan yang masih mengandung sisa serat yang menempel. Serat kedelai ini bukan kulit atau sekam kedelai, malainkan produk kedelai yang tidak berbau, tawar, bentuknya dapat disesuaikan dengan tujuan penggunaan, serta merupakan sumber serat makanan. Komposisi rata-rata serat kedelai adalah protein 12%, lemak 0,2%, abu 4,5%, serat makanan 75%, karbohidrat lain 1,8% dan air 6%.
Menurut hasil penelitian, efek fisiologis dan manfaat klinis serat kedelai pada manusia dapat diringkas sebagai berikut : menurunkan kadar kolesterol pada penderita kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia); memperbaiki toleransi terhadap glukosa dan respon insulin pada penderita hiperlipidemia (kadar lemak tinggi dalam darah) dan diabetes; memperbesar bobot dan kadar air tinja, sehingga mempercepat pengosongan usus; dan hasil penelitian klinis menggunakan 25 – 30 gram serat kedelai sehari tidak mempengaruhi penyerapan mineral atau mempengaruhhi keseimbangan elektrolit tubuh.
Keistimewaan lainnya adalah serat kedelai mengandung baik serat larut maupun serat tidak larut (soluble dan insoluble dietary fiber), sehingga khasiatnya lengkap untuk kesehatan sistem peredaran darah dan pencernaan. Juga serat kedelai dapat dengan mudah digunakan di dalam pengolahan makanan dan tidak menimbulkan perubahan sifat sensori atau organoleptik makanan.
Vitamin
• Kandungan vitamin utama pada serealia adalah asam pantotenat (B5), biotin (B7), inositol, vitamin B12 (cyanocobalamin), dan vitamin E (tokoferol). Vitamin ini banyak terdapat pada lapisan aleuron dan selama penggilingan vitamin ini banyak yang hilang.
• Khusus untuk inositol, sebetulnya bukan vitamin, tapi ada yang menggolongkan sebagai vit B
Karakteristik mutu Beras
• Mutu pasar
Mutu pasar ini ditentukan oleh bentuk, ukuran, rupa biji serta mutu giling. Mutu pasar menentukan harga beras dan selalu mempengaruhi mutu masak dan mutu rasa. Berdasarkan ukuran beras dalam standarisasi mutu beras dikenal 4 tipe yaitu :
– biji sangat panjang (extra long grain)
– biji panjang (long gran)
– biji sedang
– biji pendek
– Berdasarkan bentuk dan rasio panjang/lebar, beras dibedakan menjadi 4 yaitu :
– beras biji lonjong
– beras biji sedang
– beras biji agak bulat
– beras biji bulat
Mutu giling tidak dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk biji, tetapi lebih ditentukan oleh varietas padi dan kadar air beras.
• Mutu masak
ditentukan oleh suhu gelatinisasi
– rendah : < 70oC – Sedang : 70 – 74oC – Tinggi : >74oC
Beras yang mempunyai suhu gelatinisasi lebih tinggi apabila dimasak membutuhkan air dan waktu lebih banyak pada proses pemasakannya. Beras yang mempunyai suhu gelatinisasi tinggi mutunya rendah.
• Mutu rasa
– Mutu rasa ditentukan oleh rasio antar amilosa dan amilopektin.
– Kandungan amilosa mempunyai korelasi negatif terhadap nilai taste panel dari kelekatan, kelunakan, warna dan kilap nasi. Kilap amilosa mempunyai korelasi negatif terhadap jumlah air yang diserap dan pengembangan volume nasi.
– Mutu rasa yang baik bagi penduduk Indonesia adalah beras dengan kadar amilosa rendah sampai sedang, yaitu 17 – 23%.

Perubahan pasca panen
1. Karbohidrat
Perubahan-perubahan berikut dapat terjadi pada komponen karbohidrat serealia selama penyimpanan, yaitu :
– hidrolisa pati karena kegiatan enzim amilase
– berkurangnya gula karena pernafasan
– terbentuknya bau asam dan bau apek karena kegiatan mikroorganisme
– reaksi pencoklatan bukan karena enzim
Protein
• Selama penyimpanan Nitrogen total sebagian besar tidak mengalami perubahan, tetapi Nitrogen dari protein sedikit turun. Jumlah total asam amino menunjukkan perubahan yang berarti bila terjadi kerusakan lebih lanjut akibat kegaiatan enzim proteolitik.
3. Lemak
• Kerusakan lemak dan minyak dalam biji serealia terjadi secara oksidasi, menghasilkan flavour dan bau tengik.
• Hidrolisa lemak ini dipercepat oleh suhu tinggi, kadar air tinggi dan faktor-faktor lain seperti pertumbuhan kapang.
• Pada beras akibat aktivitas kapang, hidrolisa lemak lebih cepat dibandingkan dengan hidrolisa protein atau karbohidrat selama penyimpanan.
4. Mineral
• Mineral jarang hilang atau meningkat selama penyimpanan, kecuali fosfor. Selama penyimpanan kegiatan enzim fitrase melepas fosfat dari asam fitrat menjadi fosfat bebas dan menyebabkan peningkatan nilai gizi.
5. Vitamin
Selama penyimpanan akan terjadi :
• Thiamin (B1) banyak yang rusak, kerusakan dipercepat dengan kadar air dan suhu tinggi
• Riboflavin (B2) dan piridoksin (B6) sangat sensitif terhadap cahaya
• Vitamin A turun karena kehilangan karotin
• Tokoferol (E) bisa hilang dengan adanya O2, karena O2 mempercepat penurunan tokoferol.
Jagung
Jagung mengandung karbohidrat sekitar 71 – 73%, tediri dari pati, sebagian kecil gula dan serat. Pati terutama terdapat pada endosperm, gula pada lembaga dan serat pada kulit.
Kandungan protein pada jagung sekitar 10% terdapat pada aleuron, dan 90% pada lembaga
Kandungan lemak kurang lebih 15% (80% terdapat di lembaga dan sebagian kecil di endosperm). Sebagian besar lemak jagung adalah asam lemak linoleat (50%).
Kandungan mineral paling banyak adalah fosfor dan zat besi, sedangkan kalsium terdapat dalam jumlah kecil.
Vitamin terutama vitamin B1 dan B2 terdapat pada lembaga dan luar endosperm.

umbi-umbian

Umbi-umbian merupakan bahan berkarbohidrat tinggi, tetapi di Indonesia belum semua umbi umbian dimanfaatkan dan dikembangkan, antara lain ganyong, suweg, ubikelapa dan gembili. Alternatif pengembangan umbi-umbian yaitu untuk tepung umbi, tepung pati dan tepung komposit. Penelitian evaluasi karakteristik sifat fisiko-kimia tepung umbi dan tepung pati ganyong, suweg, ubikelapa dan gembili dilakukan di Laboratorium Enzimatis dan Biokimia Balitbio Bogor. Analisis yang dilakukan adalah rendemen pati dan tepung, ukuran granula, derajat putih, daya serap air, proksimat, amilosa, dan sifat amilografnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ganyong, suweg, ubikelapa, dan gembili mempunyai kadar pati yang
tinggi berkisar 39,36-52,25%. Kandungan lemak (0,09-2,24%), dan protein (0,08-6,65%) pada tepung umbi dan tepung pati dapat meningkatkan manfaat tepung dan pati tersebut sebagai tepung komposit. Ganyong dan ubikelapa mempunyai ukuran granula pati lebih besar (22,5 dan 10 _m). Tepung suweg mempunyai absorbsi air maupun minyak tertinggi (2,69- 4,13 dan 2,34-2,98 g/g). Hasil rendemen menunjukkan bahwa ganyong lebih prospektif dikembangkan untuk produk tepung pati. Suweg dan gembili mempunyai prospek untuk produk tepung umbi maupun tepung pati sedangkan ubi kelapa untuk tepung umbi. Sifat fisikokimia ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%) dan viskositas puncak tinggi (900-1080 BU dan 780-700 BU). Implikasi hasil penelitian untuk menggali potensi sumber karbohidrat sebagai tepung komposit ataupun sebagai bahan industri perpatian

Pangan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Di Indonesia kebutuhan pangan terutama adalah beras dan jagung, kemudian ubikayu dan ubijalar. Salah satu usaha yang dapat meningkatkan ketersediaan pangan adalah memanfaatkan hasil-hasil
pertanian yang ada walau belum dimanfaatkan secara ekonomis serta diintensifkan penggalian sumber-sumber bahan pangan baru. Persediaan pangan diupayakan lebih besar melalui
teknologi pangan dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama memanfaatkan bahan-bahan hasil pertanian yang sampai saat ini penggunaannya masih terbatas. Kedua mengkaji karakterisasi untuk mendasari pemanfaatan bahan tersebut dan mengolah atau memperbaiki proses tradisional yang telah ada.

Pada saat ini tingkat penggunaan bahan-bahan hasil pertanian selain padi, jagung, ubikayu, ubijalar masih tergolong rendah. Indonesia memiliki jenis umbi-umbian yang beragam dan tersebar di seluruh daerah, antara lain ganyong, suweg, ubi kelapa dan gembili, walaupun umbiumbian ini belum dimanfaatkan secara optimal. Penggunaannya hanya direbus, digoreng, dibakar, bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali. Dari aspek ketersediaan umbi-umbian tersebut dapat menjadi salah satu alternative dalam memenuhi bahan pangan penduduk. Sebagai bahan yang mengandung karbohidrat tinggi, umbi-umbian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tepung
umbi, tepung komposit dan tepung pati. Namunpemanfaatan pati dari umbi-umbian masih terbatas akibat kurangnya informasi sifat fisikokimia, dan teknologi prosesnya. Ganyong dengan nama ilmiah Canna edulis Ker, merupakan tanaman tegak yang tingginya mencapai 0,9- 1,8 m hingga 3 m. Umbinya dapat mencapai panjang 60 cm, dikelilingi oleh bekas-bekas sisik dan akar tebal yang berserabut. Bentuk dan komposisi kadar umbinya beraneka ragam. Di Indonesia varietas ganyong yang banyak dibudidayakan ada dua yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Tepungnya mudah dicerna, baik sekali untuk makanan bayi maupun orang sakit (Lingga, 1986).
Ganyong merupakan sumber karbohidrat 22,6-23,8% (Direktorat Gizi, 1992). Suweg (Amorphophallus campanulatus BI) ialah suatu jenis Araceae yang berbatang semu mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah dengan tangkai daun tegak yang keluar dari umbinya. Tangkainya belang hijau putih, berbintil-bintil, panjangnya 50-150 cm. Indeks luas
daun rendah sehingga populasi tanaman per hektar menurut Soemono et al. (1986) dapat mencapai 40000- 50000 tanaman. Amorphophallus campanulatus BI memiliki dua forma, ialah forma sylvestris yang berbatang kasar, berwarna gelap, umbinya gatal sehingga tidak dimanfaatkan oleh penduduk. Sedangkan forma hortensis berbatang lebih halus dan umbinya tidak terlalu gatal, sehingga sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, khususnya di pulau Jawa (Kriswidarti, 1980). Suweg dipelihara untuk dimakan umbinya. Secara tradisional parutan umbinya yang segar dapat dipakai untuk obat luka. Umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal, senyawa tersebut dapat dihilangkan dengan perebusan. Burkill (1966) menyatakan bahwa suweg mempunyai kadar karbohidrat antara 80-
85% (berat basah). Ubikelapa seperti uwi merupakan tanaman perdu memanjat dengan nama latin Dioscorea alata Batang bulat, dapat mencapai tinggi 3-10m (Kay 1973). Daun
tunggal berbentuk jantung. Umbi bulat diliputi rambut akar yang pendek dan kasar. Kartowinoto dan Dimyati (1989) mengemukakan bahwa panjang umbi berkisar 15,5-27,0cm, diameter 5,25-10,75cm.

Daging umbi berwarna kuning, kadang ungu, keras, dan sangat bergetah. Selain
membentuk umbi di dalam tanah tumbuhan ini juga membentuk umbi batang pada ketiak daun yang disebut umbi gantung atau bulbil, yang rasanya lebih enak dibanding umbi tanahnya. Selain untuk dimakan, ubikelapa dapat juga sebagai obat tradisional. Kadar proksimat tertinggi dalam umbi ialah karbohidrat kurang lebih seperempat bagian dari berat umbi segar. Sebagian besar
karbohidrat dalam bentuk pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Kadar amilosa dalam umbi ubikelapa sekitar 19-20% (Martin, 1976). Gembili (Dioscorea esculenta) merupakan tanaman perdu memanjat, dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m.

Daun berbentuk seperti ginjal. Warna kulit umbi keabuabuan, sedangkan warna daging putih kekuningan (Sastrapraja et al., 1977). Susunan senyawa umbi gembili bervariasi menurut spesies dan varietas. Onwueme (1984), menyatakan bahwa komponen terbesar dari umbi gembili
adalah karbohidrat 27-33%. Berdasarkan potensi umbi-umbian tersebut maka perlu dilakukan karakterisasi sifat fisikokimianya sehingga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk ketersediaan pangan dan sebagai bahan baku industri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik sifat fisikokimia tepung umbi dan tepung pati umbi ganyong, suweg, ubi kelapa dan gembili, yaitu meliputi rendemen, sifat fisik kadar proksimat, dan sifat
amilografnya .

Sifat fisik dan fungsional tepung dan pati meliputi absorbansi minyak dan air yang dilakukan dengan cara Sathe dan Salunkhe (1981), derajad putih diukur dengan Whitenessmeter, sedangkan bentuk granula pati dengan metode mikroskop polarisasi. Analisis proksimat meliputi kadar air, kadar lemak, protein, abu, dan serat. Kadar air pati dan tepung dianalisis

menggunakan oven pada suhu 105oC sampai bobotkonstan. Kadar abu dianalisis dengan cara pengabuan di dalam Tanur, pemanasan dengan suhu 500-600oC selama 6 jam (SNI 01-2891-1992). Penetapan kadar lemak dengan metode Soxhlet menggunakan petroleum ether sebagaipelarut (AOAC, 1984). Penetapan protein dilakukan dengan menggunakan metode mikro Kjeldhal (AOAC,1984). Untuk menghitung protein kasar digunakan factor 6,25. Kadar serat ditetapkan dengan cara menghidrolisiscontoh dengan larutan asam, kemudian dengan larutan basa encer (SNI 01-2891-1992). Analisis pati dilakukan dengan pereaksi Somogy Nelson dalam Hidayat (1988). Analisis amilosa ditentukan secara spektrophotometri, dengan standar amilosa berasal dari amilosa kentang murni (AOAC, 1984). Sifat amilografi diukur
dengan alat Brabender amilografi.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan penelitian ternyata ekstraksi pati ubikelapa dan suweg sulit dilakukan secara manual, karena tingginya kadar senyawa kalsium oksalat yang menyebabkan rasa gatal pada kulit, sehingga perlu alat pemarut kemudian dilakukan pengepresan.
A. Karakteristik fisik tepung dan pati umbi-umbian

Karakteristik fisik tepung umbi dan tepung pati meliputi rendemen, granula pati, absorbsi air, dan absorbsi minyak. Hal tersebut berkaitan erat dengan komposisi kimia. Secara spontan granula pati basah dapat terdespersi dalam air dan minyak, hal ini menunjukkan bahwa granula pati dapat memberikan gugus hidrofilik dan hidrofobik. Rendemen Tepung dan Pati Umbi-umbian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tepung ganyong 11,43% dan nilai rendemen paling rendah dibanding umbi lainnya. Rendahnya rendemen tepung ini karena ganyong berserat kasar yang tinggi dan susah dihaluskan sehingga dalam pengayakan tidak lolos.
Dengan demikian prospek ganyong untuk diproses menjadi tepung mempunyai kendala dalam hal serat yang tinggi. Sedangkan untuk rendemen tepung suweg, Ubi kelapa dan gembili berturut-turut adalah 18,42%, 23,93% dan 24,28% cukup tinggi, yang berarti ketiga umbi
tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi tepung umbi (Gambar 3).
Tepung ubikelapa mempunyai rendemen pati yang sangat rendah yaitu 4,56%, sedangkan umbi ganyong, suweg dan gembili berturut-turut ialah 12,93%, 11,56% dan 21,44%. Dari hasil tersebut ternyata ubikelapa tidak potensial untuk diproses menjadi pati. Hal tersebut diduga
karena ubikelapa mengandung lendir yang sangat tinggi sehingga pada proses dekantasi tidak dapat mengendap. Sebetulnya sampai saat ini belum banyak informasi tentang
lendir tersebut. Namun diduga lendir tersebut adalah oligoprotein, dan ternyata dari hasil pengamatan protein ubikelapa tinggi, yaitu 6,66% dalam tepung umbi dan 4,93% dalam tepung pati. Disamping itu proses ekstraksi pati ubikelapa dan suweg lebih sulit dilakukan secara
manual karena gatal. Rasa gatal disebabkan oleh adanya kalsium oksalat. Untuk meningkatkan hasil ekstraksi pati pada ubikelapa perlu penelitian lanjutan dengan pemberian
natrium bisulfit, yaitu untuk bahan pemutih dan meningkatkan pati. Untuk mengurangi rasa gatal pada ubi kelapa dan suweg perlu ditambahkan asam yaitu asam nitrat atau asam khlorida encer (Iwuoha dan Kalu, 1994). Gembili mempunyai rendemen tepung umbi dan tepung pati tertinggi (24,28% dan 21,44%) dibanding umbiumbi lain. Dengan demikian ditinjau dari hasil rendemennya gembili sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tepung maupun pati.
Granula pati Sifat birefringence ialah sifat granula pati yang dapat merefleksi cahaya terpolarisasi sehingga di bawah mikroskop polarisasi membentuk bidang berwarna biru dan
kuning. French (1984) menyatakan warna biru dan kuning pada permukaan granula pati disebabkan oleh adanya perbedaan indeks refraktif dalam granula pati. Indeks refraktif dipengaruhi oleh struktur molekuler amilosa dalam pati. Bentuk heliks dari amilosa dapat menyerap sebagian cahaya yang melewati granula pati (Zhou et al., 1998).

Secara umum terlihat bahwa pati ganyong dan ubikelapa mempunyai ukuran besar (22,5 _m dan 10 _m ), suweg mempunyai ukuran sedang 5 _m , sedangkan gembili terkecil yaitu 0,75 _m (Gambar 4.). Bentuk granula juga merupakan ciri khas dari masing-masing pati. Ganyong
dan ubikelapa mempunyai bentuk granula pati oval, sedangkan suweg dan gembili berbentuk heksagonal. Perbedaan bentuk maupun ukuran granula ternyata hanya untuk mengidentifikasi macam umbi atau merupakan ciri khas dari masing-masing pati umbi. Juliano dan
Kongseree (1968) mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara gelatinisasi dengan ukuran granula pati, tetapi suhu gelatinisasi mempunyai hubungan dengan kekompakan granula, kadar amilosa dan amilopektin. Absorbsi air Daya absorbsi air dari pati umbi-umbian perlu diketahui karena jumlah air yang ditambahkan pada pati mempengaruhi sifat dari system pati. Granula pati utuh tidak larut dalam air dingin. Granula pati dapat menyerap air dan membengkak tetapi tidak dapat kembali seperti semula (Fennema, 1985). Kulp (1973) menyatakan bahwa air yang terserap dalam molekul menyebabkan granula mengembang. Pada proses gelatinisasi terjadi pengrusakan ikatan hidrogen intramolekuler. Ikatan hidrogen mempunyai peranan untuk mempertahankan struktur integritas granula. Terdapatnya gugus hidroksil yang bebas akan menyerap air, sehingga terjadi pembengkakan granula pati. Dengan demikian semakin banyak jumlah gugus hidroksil dari molekul pati maka kemampuan menyerap air semakin tinggi. Oleh karena itu absorbsi air sangat berpengaruh terhadap viskositas. Kadar amilosa yang tinggi juga dapat meningkatkan absorbsi air. Jika jumlah air dalam sistem dibatasi maka amilosa tidak dapat meninggalkan granula. Disamping itu nisbah penyerapan air dan minyak juga dipengaruhi oleh keberadaan serat, karena sifat serat yang mudah menyerap
air. Hal tersebut tercermin dalam penelitian ini yaitu ternyata kemampuan tepung umbi untuk menyerap air (1,91-4,13%) lebih tinggi dibanding kemampuan tepung pati menyerap
air (1,1-2,69%) (Tabel 1.). Disamping itu gembili yang mempunyai serat terendah (2,29%) dibanding umbi lain (Tabel 2.), ternyata mempunyai adsorbsi air dan viskositas
pati rendah (Tabel 4).

Absorbsi minyak Campuran minyak dan pati akan mempengaruhi sifat fisik pati karena minyak dan lemak dapat membentuk kompleks dengan amilosa yang menghambat pembengkakan granula sehingga pati sulit tergelatinisasi (Fennema, 1985).

Berdasarkan hasil pengamatan nisbah penyerapan minyak untuk tepung umbi berkisar 1,58-2,98 g/g, sedangkan untuk tepung pati umbi-umbian berkisar 0,97-2,34 g/g.
Derajat putih Hasil pengamatan derajad putih umbi ternyata warna tepung pati(54-86%) lebih tinggi dibanding tepung umbi (20,04-60,05%). Pada penelitian ini pembuatan tepung
maupun ekstrak pati tidak diberi perlakuan pemucat, karena adanya bahan kimia tambahan akan mengubah sifat fisikokimia tepung dan pati yang dihasilkan, sehingga sifat asal bahan akan sulit diketahui. Derajat putih umbi sangat dipengaruhi oleh kadar polifenol yang ada pada umbi.
Polifenol menyebabkan terjadinya pencoklatan enzimatis, yaitu reaksi polifenolase dan oksigen yang terdapat di udara. Enzim tersebut keluar apabila terjadi luka pada umbi. Ubikelapa mempunyai derajat putih yang paling rendah untuk tepung umbi maupun tepung pati, karena
umbi ubikelapa warnanya keunguan. Dengan demikian untuk pemanfaatan kedepan ubikelapa potensial untuk tepung berkarbohidrat tinggi yang berwarna ungu, sehingga dapat digunakan sebagai bahan padatan sekaligus bahan pewarna.

B. Komposisi kimia tepung dan pati umbi

Komposisi kimia meliputi kadar air, abu, protein, lemak, pati dan amilosa. Hasil pengamatan komposisi kimia disajikan pada Tabel 2. Kadar air Kadar air tepung dan pati yang dihasilkan berkisar pada 6,06 -11,06%. Jumlah air dalam bahan akan mempengaruhi daya tahan bahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroba maupun serangga. Pengeringan pada tepung
dan pati bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu sehingga pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan pada tepung dan pati dapat dihambat. Batas kadar air mikroba masih dapat tumbuh ialah 14-15% (Fardiaz, 1989).

Kadar abu :
Hasil analisis menunjukkan kadar abu tepung berkisar 2,87-3,81%, sedangkan kadar abu tepung pati 0,16-2,5%. Hasil ini selaras dengan hasil yang diperoleh oleh Widowati (2001) yaitu kadar abu 1,5% pada kadar air 7%. Secara kuantitatif nilai kadar abu dalam tepung dan pati berasal
dari mineral dalam umbi segar, pemakaian pupuk, dan dapat juga berasal dari kontaminasi tanah dan udara selama pengolahan (Soebito, 1988). Kadar abu pada pati cenderung lebih rendah dibanding tepung umbi, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan proses pengolahan tepung dan pati. Pati diperoleh dari ekstraksi dan pencucian yang berulang-ulang dengan air. Hal tersebut menyebabkan mineral tersebut akan terlarut air dan ikut terbuang bersama
ampas.

Kadar lemak dan protein
Hasil analisis lemak tepung umbi dan tepung pati berkisar 0,09-2,24%. Secara umum tepung umbi mengandung protein dan lemak lebih tinggi dibanding tepung pati, karena proses ekstraksi dan pencucian akan menghilangkan kadar protein dan lemak. Namun demikian hal tersebut tidak terjadi pada ubikelapa, suweg dan gembili. Hal tersebut diduga bahwa dalam ekstraksi pati,
kadar lemak masih berikatan dengan pati sehingga tidak terbuang bersama ampas, dengan demikian perbobot patinya meningkat. Tepung pati dengan kadar protein yang tinggi kurang
menyebabkan viskositas pati menurun, hal ini menyebabkan mutu pati menurun sehingga tidak
diharapkan dalam pemanfaatannya. Leach (1965) menyatakan bahwa protein dan pati akan membentuk kompleks dengan permukaan granula dan menyebabkan viskositas pati menjadi turun, dan berakibat pada rendahnya kekuatan gel. Hal ini kurang diharapkan karena
pada aplikasi pemanfaatannya, pati banyak digunakan sebagai thickening agents.
Berbeda dengan pati, kadar protein pada tepung justru diharapkan tinggi. Hal ini berkaitan dengan penggunaan tepung, apabila tepung berkadar protein tinggi maka dalam aplikasinya tidak memerlukan bahan substitusi lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung suweg, ubikelapa dan gembili mempunyai kadar protein yang tinggi yaitu berturut-turut 5,22 ; 6,66 ; dan
6,11% (Tabel 2). Sedangkan tepung ganyong sangat rendah 0,73%, bahkan lebih rendah dibanding penelitian Widowati (2001), yaitu 1,1%. Kadar lemak dalam pati dan tepung dapat
mengganggu proses gelatinisasi karena lemak mampu membentuk kompleks dengan amilosa sehingga menghambat keluarnya amilosa dari granula pati. Selain itu sebagian besar lemak akan diabsorbsi oleh permukaan granula sehingga berbentuk lapisan lemak yang bersifat hidrofobik di sekeliling granula. Lapisan lemak tersebut akan menghambat pengikatan air oleh granula pati. Hal ini menyebabkan kekentalan dan kelekatan pati berkurang akibat jumlah air berkurang untuk terjadinya pengembangan granula pati (Collison, 1968). Kadar serat kasar Kadar serat kasar terdiri atas selulosa dengan sedikit lignin dan hemiselulosa. Hasil analisis kadar serat tepung
berkisar 2,29-5,64%, sedangkan untuk pati 0,33-2,06%. Secara umum pati mengandung serat kasar lebih rendah dibanding tepung karena proses ekstraksi sebagian serat yang berukuran besar terbuang bersama ampas. Kadar serat tepung dan pati dipengaruhi oleh umur panen umbi
segarnya. Jika kadar pati pada umbi telah mencapai optimum, maka selanjutnya pati pada umbi akan terus turun secara perlahan dan mulai terjadi perubahan pati menjadi serat (Wahid et al. 1992).

Kadar pati dan amilosa
Kadar pati merupakan salah satu kriteria mutu untuk tepung, baik sebagai bahan pangan maupun non-pangan. Umbi-umbian tersebut berkadar pati dalam jumlah yang sangat tinggi yaitu pada tepung umbi berkisar 39,36- 52,25%, sedangkan kadar pati dalam bentuk ekstrak pati umbi berkisar 45,75-63,31%. Ubikelapa mengandung pati tertinggi dibanding umbi lain. Namun ternyata bila ditinjau dari hasil rendemen tepung pati justru sangat rendah (8,56%), dan paling rendah dibanding umbi lain. Dengan demikian ubikelapa jauh lebih potensial untuk dikembangkan untuk produk tepung bukan pati. Kadar pati pada tepung ganyong 40,18% dan tepung pati 55,32%, hasil penelitian ini cukup tinggi disbanding hasil survey Herman et al. (1996) dari 26 varietas ganyong yang diteliti mempunyai kadar pati 12-54%. Pati mengandung fraksi linier dan bercabang dalam jumlah tertentu. Fraksi linier berupa amilosa, sedangkan sisanya amilopektin. Hasil pengamatan amilosa untuk tepung berkisar 6,01-11,90%, sedangkan amilosa pada pati 8,38-14,10%. Kadar amilosa dan amilopektin sangat berperan pada saat proses gelatinisasi, retrogradasi dan lebih menentukan karakteristik pasta pati (Jane et al. 1999).
Smith (1982) menunjukkan pati yang berkadar amilosa tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen yang lebih besar karena jumlah rantai lurus yang besar dalam granula, sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk gelatinisasi. Hasil perhitungan rasio amilosa dan amilopektin (Tabel 3.) ternyata antara tepung dan pati tidak jauh berbeda, walaupun pengamatan amilosa bahan berbeda (Tabel 2.). Kadar amilosa dalam tepung maupun pati ubikelapa (23,6% dan 23,2%) dan gembili (23,6% dan 24,3%) lebih tinggi dibanding ganyong dan suweg. Hasil
pengamatan amilosa ganyong dalam penelitian ini lebih rendah dibanding hasil yang dikemukakan oleh Jane et al. (1999), sedangkan ubikelapa lebih rendah dan gembili selaras dengan data yang dikemukakan Martin (1976) yaitu amilosa gembili berkisar 10-15 % dan ubikelapa berkisar 15-28%.

C. Amilograf pati

Sifat amilograf pati diukur berdasarkan peningkatan viskositas pati pada proses pemanasan dengan menggunakan Brabender Amylograph. Selama pemanasan terjadi peningkatan viskositas yang disebabkan oleh pembengkakan granula pati yang irreversible di dalam air, dimana energi kinetik molekul air lebih kuat daripada daya tarik molekul pati di dalam granula pati. Hal ini dapat menyebabkan air dapat masuk ke dalam granula pati (Winarno, 1986). Suhu awal gelatinisasi ialah suhu pada saat pertama kali viskositas mulai naik. Suhu gelatinisasi merupakan
suatu fenomena sifat fisik pati yang kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran molekul amilosa dan amilopektin serta keadaan media pemanasan. Kadar lemak atau protein yang tinggi mampu membentuk kompleks dengan amilosa sehingga membentuk endapan yang tidak larut dan menghambat pengeluaran amilosa dari granula. Dengan demikian diperlukan energi yang lebih besar untuk melepas amilosa sehingga suhu awal gelatinisasi yang dicapai akan lebih tinggi (Glicksman, 1969). Hasil pengamatan beberapa tepung dan pati umbi
(Tabel 4) ternyata ubikelapa mempunyai suhu awal gelatinisasi tertinggi (85,5oC) hal ini karena kadar protein ubi kelapa yang tinggi. Selaras dengan pernyataan Glicksman (1969), ternyata protein yang tinggi merupakan faktor penghambat gelatinisasi, sehingga suhu awal
gelatinisasi tinggi. Viskositas maksimum merupakan titik maksimum viskositas pasta yang dihasilkan selama proses pemanasan. Suhu dimana viskositas maksimum tercapai disebut suhu akhir gelatinisasi. Pada suhu ini granula pati telah kehilangan sifat birefringence-nya dan granula
sudah tidak mempunyai kristal lagi. Komponen yang menyebabkan sifat kristal dan birefringence adalah amilopektin (Dowd et al. 1999). Jane et al.( 1999) menunjukkan bahwa kadar amilosa,
protein dan lemak berkorelasi negatif terhadap viskositas. Hal tersebut selaras dengan penelitian ini ternyata viskositas puncak tertinggi dicapai oleh pati ganyong


kesimpulan

Umbi-umbian yang diamati yaitu ganyong, suweg, ubikelapa, dan gembili mempunyai kadar pati yang tinggi berkisar 39,36-52,25%. Adanya lemak (0,09-2,24%), dan protein (0,08-6,65%) pada tepung dan pati dapat meningkatkan manfaat tepung dan pati tersebut sebagai tepung komposit. Ganyong dan ubikelapa mempunyai ukuran granula lebih besar (22,5 dan 10 _m), sedangkan
suweg dan gembili kecil (5 _m dan 0,75 _m). Tepung suweg mempunyai absorbsi air maupun minyak tertinggi (2,69- 4,13 dan 2,34-2,98 g/g). Berdasarkan hasil rendemen, maka ganyong lebih prospektif untuk dikembangkan untuk produk pati. Suweg dan gembili mempunyai prospek untuk produk tepung maupun pati sedangkan ubikelapa untuk tepung. Ditinjau dari sifat fisiko kimianya ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%) dan viskositas puncak tinggi (900-1080 BU dan 780-700 BU), sehingga baik dikembangkan untuk bahan pengental maupun pengisi. Sedangkan ubikelapa dan gembili mempunyai kadar protein yang tinggi dengan viskositas rendah baik dikembangkan sebagai tepung komposit untuk
produk pangan.

manisan buah manggis

JUDUL
MANISAN BUAH NANAS

LATAR BELAKANG
Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya. Industri pengolahan buah nanas di Indonesia menjadi prioritas tanaman yang dikembangkan, karena memiliki potensi ekspor. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas olahan yaitu 49,32 % dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2005). Penyebaran tanaman nanas menjangkau setiap propinsi di Indonesia. Maka tidak heran bila buahnya yang mengandung nilai gizi cukup tinggi di kalangan masyarakat. Sebagai variasi pemanfaatan buah nanas, selain dikonsumsi secara segar, di sini ditawarkan olahan nanas kering. Masyarakat kini banyak yang sadar akan pentingnya hidup sehat. Oleh karena itu produk nanas kering yang dihasilkan boleh dianggap mempunyai kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C dalam nenas adalah 24 mg dalam 100 gram buah nanas segar. Umur simpan buah nenas segar antara 1 sampai 7 hari pada 21,11oC, sedangkan buah-buahan kering umur simpannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih. Dengan kadar air buah kering antara 18 sampai 25 % (Winarno dan Laksmi, 1974 dalam Muchtadi R, 1997) Pengeringan dehidrasi makanan merupakan pengawetan makanan yang paling berkembang saat ini. Tujuan utama dari pengeringan makanan adalah untuk menurunkan kadar air yang terdapat pada nenas segar, dimana air merupakan titik utama untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bahan pangan dapat dikeringkan dengan cara alami yaitu menggunakan panas alami dari sinar matahari, dan penegrinagn buatan ( artificial drying ), yaitu menggunakan panas selain sinar matahari yaitu dilakukan dalam suatu alat pengering, misalnya STD (solar tunnel drier).
Pengeringan dengan sinar matahari merupakan jenis pengeringan tertua, dan hingga saat ini termasuk cara pengeringan yang populer di kalangan petani terutama di daerah tropis, sedangkan pengeringan dengan Solat Tunnel Drier merupakan jenis pengeringan yang murah dan sesuai untuk daerah yang beriklim tropis.









Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
• Kandungan apa saja yg terdapat dalam nanas ?
• Bagaimana cara memperoleh tanaman nanas ?
• Metode apa yang digunakan dalam pembuatan manisan nanas ?

Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pada penulis
2. untuk membuat olahan dari hasil pertanian
3. dengan diolah menjadi manisan, gizi yang terkandung di dalam nanas diharapkan bertambah pada saat pengolahan berlangsung.
4. Menyelamatkan kelebihan produksi pada saat terjadi panen raya di daerah sentra produksi nanas.
5. Meningkatkan nilai ekonomi.
6. Menciptakan peluang berusaha dan bekerja.

Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu :
• Manisan nanas biasanya digunakan sebagai makanan pencuci mulut.
• Manisan nanas cukup digemari oleh semua lapisan masyarakat, baik anak – anak maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh rasa manisan nanas yang sedikit asam bercampur manis serta menyegarkan.
• Masyarakat mengenal manisan nanas dalam dua bentuk, yaitu manisan nanas basah dan manisan nanas kering. Yang keduanya mempunyai rasa flavor yang khas pula. Namun, manisan nanas kering lebih banyak di dapatkan di pasar.



Tinjauan pustaka

Tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) berasal dari benua Amerika. Kemudian, tanaman tersebut menyebar ke segala penjuru dunia yang beriklim tropic. Pada abad ke – 15, tanaman nanas masuk ke Indonesia sebagai pengisi lahan pekarangan, tetapi akhirnya meluas sampai ke lahan tegal. Nanas bukan tanaman asli Indonesia. Berdasarkan nara sumber (literature) tanaman ini berasal dari benua amerika. Beberapa bukti yang menguatkan bahwa panaman nanas berasal dari amerika adalah penemuan Columbus pada tahun 1493 di pulau guadelopus tumbuh subur tumbuhan nanas, dan tahun 1502 hamparan tanaman ini meluas di pantai Puerto bello.
Berdasarkan benetuk daun dan buah, tanaman nanas dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: Cayanne, Queen, Spanish, Abacaxi. Namun, di Indonesia pada umumnya dikembangkan dua golongan Nanas sebagai berikut.
a. Golongan Cayanne
1. Cirri-cirinya: daun halus, berduri sampai tidak berduri; ukuran buah besar, silinderis, mata buah agak datar, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan rasanya agak masam.
2. Cotoh: Nanas Subang memiliki buah besar menggelembung, mahkota buah kecil, banyak berair, aroma kuat dan rasanya manis.

b. Golongan Queen
1. Cirri-cirinya; daun pendek dan berduri tajam; buah berbentuk lonjong mirip kerucut sampai silinderis, mata buan menonjol, berwarna kuning kemerah-merahan, dan rasanya manis.
2. Contoh: Nanas Palembang memiliki buah kecil, mahkota buah besar, dan rasanya manis sekali.
Contoh lain, Nanas Bogor memiliki buah kecil, kulit kuning, daging buah berserat halus, dan rasanya manis.

Kandungan gizi buah Nanas.
Buah nanas mengandung nilai gizi cukup tinggi seperti pada table dibawah ini:
No. Kandungan Gizi Jumlah
1. Kalori 52,00 kal.
2. Protein 0,40 g
3. Lemak 0,20 g
4. Karbohidrat 16,00 g
5. Fosfor 11,00 mg
6. Zat Besi 0,30 mg
7. Vitamin A 130,00 SI
8. Vitamin B1 0,08 mg
9. Vitamin C 24,00 mg
10. Air 85,30 g
11. Bagian yang dapat dimakan 53,00 %









Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981











DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1986. Buku Petunjuk Proses Pengolahan Pisang dan Nanas Seecara Terpadu. Yogyakarta: USAID COIME-technonet Asia-Yayasan Dian Desa-BATEK Center- Approtech Asia.
---------------. 1980. Selai Nanas. Jakarta: Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pracaya. 1982. Bertanam Nanas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, R. 1996. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Soetanto, E. 1996. Manisan Buah-buahan 1. Yogyakarta: Kanisius.
Suprapti, M.L. 2001. Membuat Aneka Olahan Nanas. Jakarta: Puspa Swara.

Minggu, 12 Juni 2011

sistem politik melalui pendekatan agama

SISTEM POLITIK MELALUI PENDEKATAN AGAMA
Pemikiran Cak Nur mulai menjadi isu nasional ketika ia menegaskan pentingnyasekularisasi politik sebagai paham kebangsaan. Sekularisasi berarti ada pemisahanantara wilayah agama dan wilayah politik. Dalam bahasa Cak Nur, dalam kaitan denganpolitik Islam: "Islam, Yes, Partai Islam, No!" Slogan ini sebenamya dalam tanda tanya,tetapi pemikiran Cak Nur sendiri mengafirmasikan pentingnya sekularisasi politik.Menurut Cak Nur, sekularisasi politik adalah solusi untuk mengembangkan paham kebangsaan di tengah pergulatan ideologis keagamaan dan politik.
Lontaran pemikiran Cak Nur era awal 1970-an ini memberikan pada kita renunganyang sangat penting tentang hubungan agama dan negara, yang sekarang munculkembali di era otonomi daerah melalui munculnya banyak peraturan daerah yangbersifat keagamaan. Campur- aduk kepentingan agama dan negara, menjadikan agama ikutcampur dalam urusan negara, dan sebaliknya negara juga ikut Campur dalam urusanagama. "Perselingkuhan" ini-begitu istilah yang sekarang sering dipakai-mengakibatkandampak pada ruang kebebasan beragama yang semakin sempit, dan terasa sesak diIndonesia, seperti terlihat dalam banyak kasus pelanggaran kebebasan beragamabelakangan ini. Tahun 2005-2006 boleh dikatakan sebagai tahun paling mundur dalamperlindungan kebebasan beragama di Indonesia. Keadaan ini menyuburkan apa yang CakNur sangat khawatir sejak lama, yaitu menguatnya fenomena radikalisme dalamIslam di Indonesia, yang akan merusak wajah Islam moderat dalam kehidupanmasyarakat.
Cak Nur dengan pikiran yang jernih menjelaskan hubungan tak langsung antara agamadan negara, yaitu pada level etika politik. Agama memberikan dukungan keabsahan nilai-nilai politik yang membawa kepada kemasalahatan bersama. Tiga nilai etika politik yangsangat kompatibel dengan agama yang selalu Cak Nur elaborasi adalah: keadilan,keterbukaan, dan demokrasi. Karena sifat negara seharusnya netral-agama, makabahasa-bahasa etika politik itu bersifat umum. Di sini, Cak Nur menegaskan Pancasilasebagai common platform dari semua suku, ras, golongan, dan khususnya agama-agamayang ada di Indonesia. Mengelaborasi filosofi tentang Pancasila ini termasuk hal yangmenjadi concern Cak Nur bertahuntahun. Walaupun seringkali dalam mengelaborasiPancasila ini, Cak Nur mengaitkan dengan al-Qur'an, misalnya, tetapi pikiran- pikirannyabisa diamini oleh siapapun, tidak tergantung pada agamanya apa. Inilah sisi universalpemikiran Cak Nur. la memang seorang ahli Islam, tetapi begitu universal dan kosmopolitkeislamannya itu, pikiran-pikirannya mempunyai pengaruh pada semua kalangan. Jenispemikiran Islam yang dalam istilah Cak Nur al-hanaft jah alsamhah-kecenderunganberagama yang terbuka dan penuh kelapangan-inilah yang terus ditegaskan sebelumbeliau sakit. Ini pula kesan kita kalau membaca bukunya Indonesia Kita, yangmerupakan manifesto Cak Nur untuk reformasi.
Maka sebenamya pikiran kebangsaan Cak Nur, yang pernah menjadi kontroversi besardi kalangan umat Islam pada era 1970-an, merupakan suatu filosofi yang dipikirkan CakNur untuk membangun fondasi keindonesiaan, seperti Pancasila-termasuk didalamnya menempatkan peranan agama dalam politik. Cak Nur selalu menegaskan bahwaperanan agama dalarn politik ada pada level moralitas, bukan politik. Khusus soal moralitasinilah Cak Nur sangat prihatin pada keadaan masyarakat Indonesia, dan lebih khusus padaumat Islam yang menupakan mayoritas bangsa Indonesia. Ada hukum yang Cak Nurkemukakan-dalam bahasa Latin coruptio optimi pessima" ("kejahatan oleh orangterbaik adalah kejahatan yang terburuk," "corruption by the best is the worst"), makapelanggaran prinsip keadilan dan keseimbangan-yang merupakan salah satu pikiranetika politik yang selalu ditekankan Cak Nuroleh kaum Muslim akan mendatangkanmalapetaka berlipat ganda. Hukum yang sama sebenarnya berlaku atas para penganut setiap agama, sebab setiap agama juga mengajarkan prinsip keadilan dan keseimbanganyang sama.
Mungkin, karena Islam merupakan ajaran yang sakral dari Tuhan, Allah SWT, maka ketika dia dipertemukan dengan wacana dan kenyataan hidup per-’politik’-an, sering dianggap berbenturan. Perbenturan ini, sering dianggap untuk menjaga kesucian Islam itu sendiri. Sementara, di sisi lain ‘politik’ dianggap berwacana duniawi yang penuh intrik ‘kekotoran’, sehingga kalau dipertemukan dengan Islam, akan dapat menghilangkan kesakralan Islam itu sendiri.
Islam diturunkan Tuhan, Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW, ‘memang’ untuk
diterapkan di dalam kehidupan duniawi. Tuntunan Islam yang sangat utama, adalah menuntun
umat manusia (baik dia Muslim maupun non Muslim) dalam mengajarkan, mengarahkan kebenaran tentang eksistensi Tuhan itu sendiri, selain tuntunan nyata kehidupan dibidang sosial, politik budaya dan sebagainya.
Artinya, Islam juga menuntun umat manusia khususnya Muslim dalam mengarungi kehidupan dunia, termasuk kehidupan ‘politik’. Umat Islam, silahkan berpolitik, tetapi tetap saja ‘rambu-rambu’ dan prinsip ajaran Islam tidak boleh dilanggar. Seperti, seseorang Muslim guna mencapai kedudukan jabatan, presiden, menteri, gubernur dan lainnya, harus dilakukannya dengan niat dan motivasi prinsip yang jelas seperti ‘ketulusan’ dan keikhlasan, semata karena Allah SWT dengan tujuan memakmurkan umat manusia dan syiar Islam itu sendiri. Karena itu, dalam pencapaian tujuan ini, si tokoh Nuslim, misalnya dilarang menggunakan trik-trik kotor seperti menyuap para pemilih agar mereka memilih dirinya dalam pemilihan jabatan agar jabatan tersebut dimenangkannya. Kalau hal ini dilakukan, maka apakah Islam mengajarkan kekotoran dalam berpolitik?.
Kalau seseorang ini menggunakan cara terlarang, maka yang salah bukan Islamnya, tetapi orang yang mengaku Muslim inilah yang salah karena dia telah menodai Islam dan umat Islam yang lain. Oleh karena itu, seseorang atau kelompok boleh berijtihad, apakah dia mau menggunakan ‘merek’ Islam atau tidak?. Ya Tuhan pun tidak melarang dan tidak menganjurkan, tetapi harus pandai menjaga ‘kemurnian’ Islam itu sendiri. Islam jangan dilecehkan dan dikerdilkan
dalam kehidupan politik, sehingga seolah-olah kedudukan politik itu lebih tinggi dari ajaran Islam.
Betapa trenyuh hati ini kalau seandainya kita sengaja membutakan mata hati, pikiran dan jiwa kita
hanya karena memperturutkan dan mengagungkan akal semata. Tidakkah kita mencoba
menelusuri perjuangan dakwah Rosulullah dalam menegakkan sendi-sendi pemerintahan islam.
Rosulullah tidak pernah sedikitpun meninggalkan aktifitas politik, walaupun hanya dalm hitungan
detik dan desahan nafas. Karena poltik adalah riayatus syuunil ummah(mengurusi urusan umat).
Politik dalam pandangan barat (sekularisme) sangat berlawanan dengan pandangan islam. Islam
adalah agama yang mampu memecahkan segala problematika kehidupan, bukan hanya sebatas
ritual belaka. Islam mengurusi segala aspek kehidupan. Politik bukan ajang perebutan kekuasaan
versi barat, tapi politik adalah sebuah aktivitas yang sangat berat, yang nantinya akan dimintai
pertanggungjawaban. Politik dalam islam adalah pengurusan urusan umat dengan menerapkan
syariat islam, bukan hukum manusia.
HINGGA kini, agama diakui memiliki "fungsi ganda (double function)", yakni dalam kaitan dengan legitimasi kekuasaan dan privilese dan dengan penolakan serta oposisi. Dalam fungsi pertama, agama muncul sebagai apologi dan legitimasi status quo dan budaya ketidakadilan; sedang dalam fungsi kedua, ia menjadi alat protes, perubahan, dan pembebasan.
Bersamaan dengan munculnya teori-teori sekularisasi dan modernisasi yang memprediksikan runtuhnya signifikansi agama dalam kehidupan publik kontemporer, perlu dikedepankan pertanyaan mendasar: apakah kebijakan publik memerlukan agama? Agar dapat melihat secara tepat peran agama dalam kehidupan publik dan pembuatan kebijakan, kita perlu merumuskan pertanyaan secara benar. Sebab, seperti kata para ahli, separuh jawaban bergantung pada formulasi pertanyaan yang benar.
Pertanyaan itu bukan retorika belaka; ia dimaksudkan untuk memprovokasi diskusi kritis menyangkut batas hubungan yang sesungguhnya antara kebijakan publik dan agama. Kendati bukan hal baru, namun pertanyaan itu masih tetap anigmatik.
Oleh karena itu, bisa dimengerti mengapa pertanyaan itu memunculkan pertanyaan- pertanyaan terkait lain. Bagaimana seharusnya kebijakan publik dicapai dalam alam demokrasi? Bagaimana seharusnya hubungan agama dengan politik dalam masyarakat modern yang mengalami sekularisasi? Apakah agama dan politik harus sama sekali putus hubungan dan agama harus diprivatisasi? Atau, agama harus sedemikian penting sehingga mendominasi kebijakan publik?
Para sosiolog memang tidak memandang dengan sebelah mata berbagai peran yang dapat dimainkan agama dalam proses-proses politik di tengah masyarakat. Peter Berger, misalnya yang mencoba menyintesiskan pandangan-pandangan Marx, Weber, dan Durkhiem, menggambarkan agama sebagai kekuatan world maintaning dan world shaking (1967). Dengan dua kekuatan itu, agama mampu melegitimasi atau menentang kekuasaan dan privilese.
Meski demikian, para sosiolog menekankan berkurangnya signifikansi agama dalam
kehidupan publik seiring proses sekularisasi dan privatisasi. Menurut Berger, sekularisasi mengantarkan pada demonopolisasi tradisi-tradisi keagamaan dan meningkatkan peran orang- orang awam. Berbagai pandangan keagamaan berbaur dan bersaing dengan pandangan dunia non-agama, sehingga organisasi-organisasi keagamaan harus mengalami rasionalisasi dan de- birokratisasi.
Hal yang sama dikemukakan Talcott Parsons, sosiolog terkemuka dari pendekatan fungsional. Menurut Parsons, dalam masyarakat multi-religius proses-proses politik yang berlangsung akan menjadi semacam diferensiasi yang menyediakan agama pada tempat yang lebih sempit tetapi jelas dalam sistem sosial dan kultural. Karena keanggotaan dalam suatu organisasi kemasyarakatan bersifat sukarela, maka konten dan praktik keagamaan dengan sendirinya mengalami privatisasi dan menyebabkan perkembangan civil religion (Parsons, 1967 and 1995).
Situasi seperti itu mendorong lahirnya model keberagamaan yang terbuka, menjamin kebebasan agama dan meminimalisir intervensi negara. Inilah yang kini dinikmati negara-negara maju dengan tingkat demokrasi yang stabil. Mereka tidak lagi diganggu konflik yang dipicu sentimen apa pun, termasuk sentimen keagamaan. Agama-agama telah menempati ruangnya yang pas, sehingga tidak menimbulkan gesekan dan benturan dengan pandangan-pandangan profan.
Barangkali suatu truisme dalam perbandingan sosiologi sejarah, bahwa agama dalam pasca-pencerahan Barat ditandai meluasnya privatisasi. Yakni, kecenderungan yang kian meningkat untuk melihat agama sebagai masalah etika personal privat, dan bukan tatanan politik publik (Wilson, 1966; Martin, 1978).
Tendensi seperti itu tentu tidak dapat dikatakan khas Eropa modern dan Kristen Barat. Sebab, manakala muncul upaya-upaya menggiring agama ke ruang publik di banyak negara Dunia Ketiga, utamanya negara-negara Islam, yang terjadi adalah politisasi agama atau menjadikan agama sebagai alat untuk kepentingan non-agama.
Akibatnya, terjadi benturan agama dengan paham dan ideologi profan, sehingga agama bukan hanya menjadi variabel pembeda, tetapi secara signifikan juga menyumbang munculnya kekerasan dan ketegangan sosial. Dalam situasi seperti itu, tak terelakkan terjadinya "publikisasi hal-hal privat" dan "privatisasi masalah-masalah publik". Keduanya mengikis garis yang memisahkan agama dari politik.
Konsekuensinya, seperti dikemukakan Richard Falk, "politics is being reinfused with religious symbols and claims, whereas religion is being summoned to the trenches of popular struggles, including even recourse to violent tactics" (Falk, 1988: 392).
Peran profetik agama
Sejak detik-detik awal kemerdekaan dan mengalami intensitas pada masa transisi saat ini, para pemimpin dan organisasi keagamaan di Indonesia terlibat aktif berbagai perbincangan diskursif untuk mendefinisikan hubungan progresif antara agama dan negara demokrasi. Sedikitnya, telah ditemukan beberapa tipologi model konstitusional yang dapat dipertimbangkan sebagai suatu pilihan.
Pertama, teokrasi, yaitu suatu negara di mana kebijakan publik sepenuhnya ditentukan oleh
denominasi agama tertentu.
Kedua, negara sebagian agama, sebagian sekuler. Model ini menyediakan power sharing antara negara dan denominasi agama tertentu, tetapi kebijakan publik tetap didominasi tafsir-tafsir keagamaan dan pandangan moral agama tertentu.
Ketiga, negara sekuler dengan interaksi antara negara dan organisasi-organisasi keagamaan di mana agama tetap didorong memainkan peran penting dalam mempengaruhi kebijakan publik.
Keempat, negara sekuler, di mana organisasi-organisasi keagamaan ditolerir sepanjang berada dalam ruang privat, tetapi tidak ada aktivitas bersama negara. Dengan kata lain, pandangan keagamaan tidak mendapat perhatian dalam perumusan kebijakan publik.
Kelima, negara sekuler dan ateistik di mana agama ditindas dan diberangus.
Tampaknya opsi ketiga lebih mendekati cetak-biru the founding fathers negeri kita untuk apa yang disebut "bina bangsa" dan "bina negara". Di Indonesia, seluruh organisasi keagamaan bukan saja memiliki pengakuan konstitusional ruang otonominya, tetapi juga dapat berkolaborasi dengan negara dalam tugas-tugas yang menjadi perhatian bersama.
Tentu saja opsi ketiga itu bukan tanpa risiko. Bahaya paling krusial yang bisa muncul dari opsi ketiga adalah legitimasi keagamaan. Biasanya legitimasi keagamaan muncul manakala agama diberi ruang sedemikian luas hingga mengurusi hal-hal di luar dirinya. Dan, yang paling dekat dari dirinya adalah kekuasaan. Di sini agama bisa tampil untuk menjustifikasi atau mendelegitimasi kekuasaan dengan teks-teks keagamaan.
Hal itu sangat berbahaya karena bukan hanya memperkosa teks keagamaan untuk kepentingan politik sesaat, tetapi juga mengingkari semangat profetik agama-agama. Orang atau kelompok bisa melakukan apa saja atas nama agama, dan karena agama, orang atau kelompok, atau bahkan negara, saling menghancurkan.
Oleh karena itu, opsi ketiga meniscayakan adanya gerakan lintas-agama (inter-religious movement) yang mengemban misi keadilan dan persamaan antarsesama manusia, makhluk Sang Maha Pencipta. Para pemimpin agama berkewajiban menjaga peran historis mereka sebagai kesadaran moral masyarakat dan mengangkat suara protes terhadap pelanggaran martabat manusia.
Hal itu hanya dapat dicapai bila organisasi-organisasi keagamaan menjaga integritas moral dan spiritualnya bukan dengan mengalah kepada tekanan dan godaan partai politik tertentu, tetapi bersikap positif netral vis-a-vis semua partai politik.
Agama memang perlu mengambil jarak dari politik agar dapat memberikan sinar pencerahan profetiknya. Sungguh kita perlu menyepakati, tidak ada gerakan keagamaan yang akan diterima sebagai suatu gerakan politik. Sebab, jika tidak, para politisi akan berlindung di balik agama dan memangsa kehidupan masyarakat, sebagaimana telah mereka lakukan. Sejak dahulu, para manipulator telah menggunakan agama untuk memperbudak manusia.
POLITIK DALAM ISLAM
Di dalam Islam, kekuasaan politik kait mengait dengan al-hukm. Perkataan al-hukm dan kata-katayang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Qur'an. Dalam bahasa Indonesia,perkataan al-hukm yang telah dialih-bahasakan menjadi hukum intinya adalah peraturan, undang-undang,patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis (pengadilan).Wujud kekuasaan politik menurut agama dan ajaran Islam adalah sebuah sistem politik yangdiselenggarakan berdasarkan dan menurut hukum Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak menyebutkan dengan tegas bagaimana mewujudkan suatu sistem politik. Di dalambeberapa ayat, Al-Qur'an hanya menyebut bahwa kekuasaan politik hanya dijanjikan (akan diberikan)kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini berarti bahwa sistem politik menurut agamadan ajaran Islam terkait dengan kedua faktor tersebut. Di sisi lain keberadaan sebuah sistem politikberkaitan pula dengan ruang dan waktu. Ini berarti bahwa sistem politik adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari dimensi kesejarahan. Karena itu pula lahirnya sistem politikIslami harus dihubungkan dengan sebuah peristiwa bersejarah. Yang dimaksud adalah perjanjian ataubai'at keislaman yang menimbulkan satu perikatan berisi pengakuan dan penaklukan diri kepada Islamsebagai agama. Konsekuensi perjanjian tersebut adalah terwujudnya sebuah masyarakat muslim yangdikendalikan oleh kekuasaan yang dipegang oleh Rasul. Dengan demikian, terbentuklah sebuah sistempolitik Islami yang pertama dengan fungsi dan struktur yang sederhana dalam masyarakat dan negarakota Medinah. Sistem politik ini terjadi setelah disetujuinya piagam Madinah, yang oleh Hamidullahdisebut sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah, pada awal dekade ketiga abad VIIM (622)atau tahun I H. Dengan piagam itu tegaklah sistem politik Islam dalam sebuah negara. Sementara ituperlu dikemukakan walaupun di atas disebutkan sistem politik Islami berawal dari perikatan, namun,itu tidaklah berarti bahwa teori perjanjian masyarakat yang dikenal dalam kepustakaan ilmu politiksama dengan perjanjian keislaman tersebut di atas. Perjanjian keislaman itu merupakan konsep baru,disamping konsep-konsep yang telah dikenal. Lagi pula sifatnya adalah restrukturisasi atau penataankambali suatu masyarakat menurut hukum Ilahi
Apa yang telah dikemukakan di atas mengandung makna kemungkinan adanya sistem politikIslami dalam sebuah negara dan dalam masyarakat non-negara. Yang terakhir ini terlihat dalam sejarahIslam sebelum hijrah. Oleh karena itu, kendatipun wujud ideal (yang dicita-citakan ) sebuah sistempolitik Islami adalah sebuah negara, tetapi pembicaraan tentang sistem politik Islami dapat terlepas darikonteks (bagian uraian, yang ada hubungannya dengan) kenegaraan yakni konteks kemasyarakatan yangdapat dipandang sebagai sub sistem politik.Dalam sub sistem politik ini, hukum-hukum Allah dapat ditegakkan meskipun dalam ruang lingkupyang terbatas sesuai
dengan kemampuan, sebagai persiapan pembentukan masyarakat mukmin yangsiap menjalankan hukum Islam dan ajaran agama. Oleh karena kesiapan masyarakat itu dikaitkan denganiman dan amal saleh, maka diantara langkah-langkah mendasar yang harus dilakukan adalah pembaharuandan peningkatan iman dan penggalakkan beramal saleh. Untuk itu diperlukan kajian terhadap Al-Qur'andan Al-Hadist, pemasyarakatan dan pembudayaan hasil-hasil kajian itu (Abd, Muin Salim, 1994:295,296).Sebelum mengakhiri pembicaraan mengenai politik ini, perlu dikemukakan bahwa konsep sistempolitik Islam adalah konsep politik yang bersifat majemuk. Sebabnya, karena sistem politik Islam lahirdari pemahaman atau penafsiran seseorang terhadap Al-Qur'an berdasarkan kondisi kesejarahan dankonteks persoalan masyarakat para pemikir politik. Namun demikian, adalah naif (tidak masuk akal)kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa Islam yang telah membuat sejarah selama lima belas abadtidak mempunyai sistem politik hasil pemikiran para ahlinya. Di dalam kepustakaan dapat dijumpaipemikiran politik yang dikembangkan oleh golongan Khawarij, Syi'ah, Muktazilah. Di kalangan Sunniterdapat juga pemikiran politik baik di zaman klasik maupun di abad pertengahan tentang prosesterbentuknya negara, unsur-unsur dan sendi-sendi negara, eksistensi lembaga pemerintahan, pengangkatankepala negara, syarat- syarat (menjadi) kepala negara, tujuan dan tugas pemerintahan, pemberhentiankepala negara, sumber kekuasaan, bentuk pemerintahan.
Islam mengingatkan kepada pemeluknya untuk tidak tunduk kepada kekuasaan asing. Inilah sebabnya, mengapa kaum imperialis merusaha mengacaukan pikiran rakyat dengan menarik garis pemisah antara antara agama dan pemerintahan dan politik.
KONTRIBUSI AGAMA ISLAM DALAM KEHIDUPAN POLITIK BERBANGSA DAN
BERNEGARA
[1]. Politik ialah : Kemahiran [2]. Menghimpun kekuatan [3]. Meningkatkan kwantitas dan
kwalitas kekuatan [4]. Mengawasi kjkuatan dan [5]. Menggunakan kekuatan, untuk mencapai
tujuan kekuasaan tertentu didalam negara atau institut. lainnya
Seminar PembangunanHukumNasionalkeVIII / 2003•
Menjadikan ajaran agama sebagai sumber motivasi, sumber inspirasi, dan sumber evaluasi yang kreatif dalam membangun insan hukum yang berakhlak mulia, •Sehingga wajib dikembangkan upaya-upaya konkret dalam muatan kebijakan pembangunan hukum nasional yang dapat :-memperkuat landasan budaya keagamaan-memfasilitas iperkembangan keberagamaan – mencegah konflik sosial antar umat beragama.
POLITIK DALAM BUDHA
Usaha untuk mencampuradukkan agama dengan politik pun sering terjadi. Padahal, kalau dilihat agama berdasarkan pada moralitas, kemurnian, dan keyakinan, sedangkan dasar politik adalah kekuatan. Dilihat dari sejarah masa lalu, agama telah sering digunakan untuk memberi hak bagi orang-orang yang berkuasa. Agama digunakan untuk membenarkan perang dan penaklukan, penganiayaan, kekejaman, pemberontakan, penghancuran karya~karya seni dan kebudayaan.
Ketika agama.digunakan sebagai perantara tindakan-tindakan politik, agama tidak lagi dapat memberikan keteladanan moral yang tinggi dan derajatnya direndahkan oleh kebutuhan- kebutuhan politik duniawi. Tujuan Buddha Dhamma tidak diarahkan pada penciptaan lembaga- lembaga politik baru dan menyusun rencana-rencana politik. Pada dasarnya, agama mencari pendekatan masalah-masalah kemasyarakatan dengan memperbaiki individu-individu dalam masyarakat tersebut dan menganjurkan beberapa prinsip umum untuk dituntun ke arah nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Memperbaiki kesejahteraan anggota-anggotanya dan lebih adil dalam membagi sumber daya-sumber daya.
Sistem politik dapat menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat, tapi ada batasannya, Bagaimanapun idealnya suatu sistem politik, tidak dapat menimbulkan kedamaian dan kebahagiaan selama orang-orang dalam sistem tersebut dikuasai keserakahan, kebencian, dan kebodohan.
Meskipun suatu sistem politik yang baik dan adil menjamin hak asasi manusia dan mengawasi keseimbangan, penggunaan kekuatan adalah suatu kondisi penting bagi suatu kehidupan bahagia dalam masyarakat. Masyarakat seharusnya tidak membuang-buang waktunya dengan pencarian tanpa akhir bagi sistem politik muktahir di mana manusia dapat bebas sepenuhnya. Karena kebebasan penuh tidak dapat ditemukan dalam sistem apapun melainkan hanya dalam batin yang bebas. Untuk menjadi bebas, orang-orang harus mencari ke dalam pikiran mereka sendiri dan bekerja ke arah pembebasan diri mereka sendiri dari belenggu kebodohan dan
keinginan.
Pendekatan agama Buddha terhadap politik adalah moralisasi dan tanggung jawab penggunaan kekuatan masyarakat. Sang Buddha mengkotbahkan Tanpa Kekerasan dan Kedamaian sebagai pesan universal. Beliau tidak menyetujui kekerasan atau penghancuran kehidupan dan mengumumkan bahwa tidak ada satu hal yang dapat disebut sebagai suatu perang 'adil'. Beliau mengajarkan, "Yang menang melahirkan kebencian, yang kalah hidup dalam kesedihan. Barang siapa yang melepaskan keduanya baik kemenangan dan kekalahan akan berbahagia dan damai". Sang Buddha tidak hanya mengajarkan Tanpa Kekerasan dan Kedamaian, Beliau mungkin guru agama pertama dan satu-satunya yang pergi ke medan perang secara pribadi untuk mencegah pecahnya suatu perang. Beliau menguraikan ketegangan antara suku Sakya dan suku Koliya yang siap berperang atas air Sungai Rahini. Beliau juga meminta Raja Ajatasattu supaya jangan menyerang Kerajaan Vajji.
Betapapun, ini tidak berarti bahwa agama Buddha tidak dapat atau harus tidak terlibat dalam proses politik, yang merupakan suatu realitas sosial. Bagaimanapun kehidupan anggota masyarakat dibentuk oleh hukum-hukum dan peraturan-peraturan, aturan-aturan ekonomi, lembaga-lembaga, yang dipengaruhi oleh penataan politik dari masyarakat tersebut. Namun, jika seorang umat Buddha berharap untuk terlibat dalam politik, dia harus tidak menyalahgunakan agama untuk memperoleh kekuatan politik. Juga tidak dianjurkan bagi mereka yang telah melepaskan kehidupan duniawi untuk menjalani suatu kehidupan agama yang murni untuk secara aktif terlibat dalam politik.
Ayatullah Khomeini berpegang pada konsep Kedaulatan Tuhan dan memandang al-Qur’an sebagai konstitusi Islam, dan karena itu ia berpendapat bahwa negara tidak memerlukan parlemen sebagai badan legislatif yang menyusun UU. Baginya rakyat itu sudah punya UU dasar, yaitu al Qur’an yang didukung oleh Sunnah. Tapi ini bukan berarti parlemen tidak diperlukan. Parlemen diperlukan, tapi untuk menciptakan peraturan-peraturan pelaksanaan atau UU organik guna memberikan tugas kepada eksekutif. Namun pemegang kekuasaan eksekutif harus juga kaum fuqaha.
Pertama, dualisme politik dan agama dalam rekam perebutan kekuasaan di tanah air seolah telah terbantahkan oleh PKS. Asumsi yang menafikan peran agama dalam politik yang memberi simpulan bahwa politik harus berjarak dari agama ternyata sudah tidak lagi relevan lagi. Politisi PKS umumnya selalu bisa menyuguhkan cara berpolitik dengan pendekatan pendekatan agama, tanpa harus megobral simbol-simbol formalisme agama (meski seharunya tak malu mengatakan membela dan menggunakan slogan agama). Walah, terkadang, sikap gerakan politik yang bersikukuh menformalkan simbol agama dan tidak dibarengi dengan perilaku umum gerakan politisi tersebut hanya kadang akan menjadi kuburan dan senjata makan tuan bagi dakwah politik itu sendiri.